Investor Khawatir Akan Terjadi Resesi Ekonomi AS, Wall Street Anjlok

25 Maret 2019 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street anjlok pada akhir pekan lalu. Hal ini seiring anjloknya data manufaktur AS yang membuat inversi kurva imbal hasil (yield) surat berharga AS dan memicu kekhawatiran penurunan ekonomi global khususnya AS.
ADVERTISEMENT
Inversi kurva adalah kondisi kurva yield berbalik arah, yaitu yield obligasi berjangka panjang justru mendekati yield obligasi berjangka pendek atau memiliki spread yield negatif. Adapun umumnya, yield jangka panjang akan lebih tinggi dari jangka pendek.
Pembalikan kurva tersebut mengonfirmasi kekhawatiran investor tentang perlambatan ekonomi global.
Dilansir Reuters, Senin (25/3), indeks saham Dow Jones (DJIA) melemah 460,19 poin atau 1,77 persen ke posisi 25.502,32. Indeks saham S&P 500 (SPX) turun 54,17 poin atau 1,9 persen ke posisi 2.800,71. Sedangkan indeks saham Nasdaq (IXIC) tergelincir 196,29 poin atau 2,5 persen ke posisi 7.642,67.
"Tapi apa yang terjadi dengan kurva imbal hasil telah dibesar-besarkan. Saya tidak akan menyimpulkan resesi sudah dekat,” ujar Berard Baumohl, Direktur Pelaksana dan Kepala Ekonom Global Princeton, AS.
ADVERTISEMENT
Awal pekan ini, bank sentral AS atau Federal Reserve memberikan sinyal kuat untuk mempertahankan bunga acuan di 2019. Sikap The Fed yang semakin dovish tersebut juga mengejutkan pasar.
Perusahaan keuangan yang sensitif terhadap suku bunga turun 2,8 persen, sehingga mengakhiri pekan terburuk sejak aksi jual terjadi pada akhir Desember.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Dari sebelas sektor saham utama dalam indeks S&P 500 berada di zona merah, kecuali utilitas. Indeks volatilitas CBOE, indeks yang mengukur kecemasan investor, melonjak paling tinggi dalam dua bulan.
Saham Nike Inc merosot 6,6 persen usai penjualan perusahaan pakaian olah raga AS itu jauh dari perkiraan.
Tiffany Inc mengatakan, pihaknya memperkirakan pertumbuhan pendapatan akan berlanjut pada paruh kedua 2019 dan menegaskan target pada 2019 sehingga mendorong sahamnya naik 3,1 persen.
ADVERTISEMENT
Saham produsen mobil listrik Tesla Inc turun 3,5 persen seiring catatan penelitian Cowen yang melihat permintaan melambat dari AS untuk Model 3 hingga rilis model mobil harga lebih rendah dari perusahaan pada kuartal II.
Selain itu, saham Boeing Co kembali merosot 2,8 persen. Hal ini seiring maskapai Garuda Indonesia yang membatalkan pesanan USD 6 miliar untuk pesawat Boeing 737 Max.
Saham Netflix Inc turun 4,5 persen menjelang peluncuran layanan streaming milik Apple pada Senin.
Volume perdagangan Wall Street tercatat 8,66 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata perdagangan selama 20 hari terkahir sekitar 7,71 miliar saham.