Investor Optimistis Perang Dagang AS-China Mereda, Wall Street Menguat

14 Februari 2019 7:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melanjutkan penguatan seiring optimisme investor agar AS dan China dapat menyelesaikan kesepakatan perang dagang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, data inflasi yang tak bergejolak memberikan sinyal kepada Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat.
Dilansir Reuters, Kamis (14/2), indeks saham Dow Jones (DJIA) naik 110,73 poin atau 0,44 persen ke posisi 25.536,49. Indeks saham S&P 500 (SPX) naik tipis 7,53 poin atau 0,27 persen ke posisi 2.752,26. Indeks saham Nasdaq (IXIC) bertambah 5,76 poin atau 0,08 persen ke posisi 7.420,38.
Tiga indeks saham acuan cenderung naik. Indeks saham S&P 500 berada di atas rata-rata harian selama 200 hari. Sentimen negosiasi perdagangan juga membayangi laju Wall Street.
Di Beijing, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menuturkan perkembangan sejauh ini cukup baik. Dia pun berharap pertemuan berikutnya juga bisa produktif.
ADVERTISEMENT
"Pasar terus maju hingga mencapai kesepakatan dengan China. Tampaknya menjadi sedikit target yang bergerak, tetapi kedua belah pihak bersedia membangun kesepakatan," ujar Matthew Keator, the Keator Group Wealth Management Firm, AS.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Sentimen lainnya yang mempengaruhi Wall Street adalah data ekonomi AS. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen stabil di Januari. Ini juga sebagai sinyal The Fed untuk membiarkan suku bunga bertahan untuk sementara waktu.
Selain itu, musim laporan kuartal IV 2018 juga sudah mendekati akhir. Lebih dari dua pertiga perusahaan yang masuk indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan.
Analis memproyeksi rata-rata pertumbuhan pendapatan kuartal IV 2018 sebesar 16,6 persen. Laba kuartal IV 2018 juga diproyeksikan turun 0,3 persen dari tahun lalu. Ini menandai kerugian pertama sejak resesi pendapatan yang berakhir pada 2016.
ADVERTISEMENT
"Volatilitas pada kuartal keempat adalah apa yang dilihat sekarang. Perusahaan mengatur ulang untuk harapan ke depan,” katanya.
Dari 11 sektor saham utama di indeks S&P 500, hampir seluruhnya berada di zona positif, kecuali utilitas. Perusahaan-perusahaan energi mencatatkan kenaikan persentase terbesar seiring harga minyak yang menguat sejak akhir Januari.
Saham Groupon Inc melemah 1,2 persen, dan membukukan kerugian terbesar di Nasdaq. Ini dipicu laporan kinerja laba kuartal IV 2018.
Produsen obat generic Teva Pharmaceuticals turun 7,8 persen setelah memperkirakan kinerja 2019 lebih lemah karena persaingan baru untuk obat bermerek.
Saham General Electric Co naik 3,1 persen seiring kabar konglomerat banyak memesan turbin gas untuk menghasilkan listrik pada 2018.
Saham Cisco Systems turun 0,8 persen menjelang rilis laba. Sementara itu, Levi Strauss and Co mengajukan dokumen untuk menawarkan saham perdana ke publik setelah lebih dari tiga dekade sebagai perusahaan tertutup.
ADVERTISEMENT
Saham Gap Inc, American Eagle Outfitters Inc, dan Abercromble pun melemah seiring kabar IPO Levi Strauss.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 6,91 miliar saham, lebih rendah dibandingkan 20 hari terkahir perdagangan sebesar 7,45 miliar saham.