Ironi Maskapai Nasional: Biaya Pakai Dolar AS, Penghasilan Rupiah

14 Januari 2019 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda Air. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda Air. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tingginya tarif pesawat terbang domestik khususnya penerbangan Low Cost Carrier (LCC) menimbulkan pro kontra. Calon penumpang tentu keberatan dengan kenaikan harga tiket pesawat. Mereka bahkan sampai membuat petisi di media sosial. Sedangkan pemerintah punya pandangan lain.
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat untuk mengerti mengapa pihak maskapai penerbangan menaikkan harga tiket. Salah satu penyebabnya adalah tingginya harga avtur yang disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. Meskipun nilai tukar rupiah sekarang mulai menguat, perusahaan penyedia avtur seperti Pertamina sudah menandatangani kontrak saat rupiah sedang melemah. Hal ini berdampak pada maskapai penerbangan.
"Kita juga mengetahui dengan rupiah, mereka itu membayar (biaya operasional dengan) dolar AS, membeli pesawat dengan dolar AS, membeli avtur dengan dolar AS, tapi tarfinya rupiah," kata JK di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Senin (14/1).
Apabila nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS naik maka akan berdampak langsung ke operasional pesawat terbang. Mau tidak mau tarif tiket pun dinaikkan. Kenaikan harga tiket juga disesuaikan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 yang tidak boleh melewati Tarif Batas Atas.
ADVERTISEMENT
"Mau tidak mau harus ada penyesuaian-penyesuaian secara bertahap.
Maskapai Penerbangan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Maskapai Penerbangan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Jika cara ini tidak dilakukan maka yang paling ditakutkan adalah perusahaan maskapai penerbangan tersebut bangkrut.
"Karena kalau tidak, bisa saja kita nikmati hari ini begitu banyak pesawat terbang, tapi kita tahu juga berapa perusahaan yang bangkrut, yang berhenti," ucap JK.
Maka, JK meminta masyarakat paham betul terkait situasi industri penerbangan dalam negeri saat ini. Ia tak ingin pihak maskapai penerbangan terpaksa menurunkan tiket pesawat namun terus merugi sehingga bangkrut.
"Kalau nanti (ada) yang berhenti bagaimana? Tarif akan lebih tinggi lagi, kalau monopoli. Hati-hati juga, kita harus mempertimbangkan unsur itu, unsur kepentingan konsumen tapi kita juga memperhatikan unsur perusahaan," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengatakan hal yang sama. Akibat pelemahan rupiah harga avtur menjadi naik. Pihak maskapai pun harus menaikkan tarif tiket pesawat agar mereka tidak merugi.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang bangkrut, dan memang karakter dari industri airline ini fragile, yaitu capital intensive, orangnya juga banyak tapi cost dolar AS. Kita tahu dalam negeri ini tarifnya rupiah," kata Budi Karya.
Sebagai catatan, Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) telah memastikan tarif tiket pesawat akan turun sekitar 30-60 persen. Penurunan harga tiket pesawat dilakukan secara bertahap.