Janji Bos KAI: Perjalanan KRL Jabodetabek Akan Lancar di 2019

25 Januari 2019 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KRL Commuter Line. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
KRL Commuter Line. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) menjanjikan perjalanan KRL Commuter Line Jabodetabek menjadi lebih lancar pada tahun 2019. Alasannya, proyek double-double track atau jalur kereta dwi ganda ruas Manggarai-Bekasi bisa digunakan di 2019. Pembangunan ini termasuk penyelesaian Stasiun Manggarai.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama KAI Edi Sukmoro kepada kumparan di Kantor Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat, Rabu (19 Desember 2018).
“Minimal kita berharap 2019, tetapi kan tergantung sama double track-nya,” ungkap Edi.
Edi mengakui proyek pengurai kepadatan jalur KRL Jabodetabek melibatkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kemenhub bertugas membangun jalur kereta dwi ganda ruas Manggarai-Bekasi.
“Dengan Dirjen (Perkeretaapian Kemenhub), tapi kita berharap 2018 akhir itu sudah selesai, nah kita mungkin akan lebih ringan karena ini kan dipilah,” tambahnya.
Bila jalur kereta jarak jauh dan KRL bisa memiliki jalur terpisah, perjalan kereta commuter bisa menjadi lancar, tanpa perlu mengalah dengan kereta jarak menengah dan jarak jauh. Saat ini, pengguna KRL harus menunggu cukup lama bila rute keretanya harus melalui Stasiun Manggarai.
ADVERTISEMENT
“Sekarang ini track-nya dipakai jarak jauh, dipakai juga KRL, jarak medium juga di situ. Nah sekarang pemerintah sedang membangun double track, tujuannya apa? Memilah yang jarak jauh akan disterilkan dari ini. Sehingga nanti tidak ada lagi bottle neck di Manggarai,” sebutnya.
Pembangunan Double-Double Track Manggarai-Cikarang (Foto: Akbar Nugroho/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pembangunan Double-Double Track Manggarai-Cikarang (Foto: Akbar Nugroho/Antara)
KAI, lanjut Edi, tak memiliki rencana mengurangi perjalan KRL untuk mengurai kepadatan lalu lintas kereta dalam waktu pendek karena perseroan melihat tingginya minat penggunaan moda transportasi massal perkotaan tersebut.
“Nah pertanyaannya 928 kereta KRL ini sehari bisa enggak saya kurangi 20 misalkan untuk mengurangi? Nah ini orang bisa ngamuk semua kalau dikurangi. Karena kan mereka butuh tepat waktu kerja di Jakarta,” tambahnya.
Edi tak menampik persoalan lain muncul bila perjalanan kereta ditambah pascaberoperasinya jalur dwi ganda. Perjalanan makin intens, sehingga perlintasan sebidang wajib dikurangi dengan jalan ditutup. Solusi lain ialah dibuatkan jalur kendaraan dengan sistem flyover atau pun underpass. Hal ini menjadi tanggungjawab pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT
“Makanya sekarang ini meskipun dicicil pemerintah daerah mereka itu mulai aware harus dibuat flyover di Bandung itu di daerah Kiara Condong. Itu flyover untuk pemerintah setempat untuk menghindari perlintasan sebidang itu,” tutupnya.
Penumpang KRL Meningkat Pesat Capai 1,15 Juta
Bagi masyarakat urban Jabodetabek, transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) memang jadi salah satu alternatif transportasi andalan. Selain harganya yang terjangkau, KRL pun dimungkinkan lebih bebas hambatan atau macet.
Tak elak, penumpang KRL pun kian waktu mengalami kenaikan yang signifikan. KRL jadi tumpuan bagi masyarakat untuk rutinitas bekerja hingga beraktivitas sehari-hari di sekitaran Jakarta.
Edi mengatakan selama kurun waktu empat tahun, penumpang KRL bahkan naik lebih dari dua kali lipat.
Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia, Edi Sukmoro. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia, Edi Sukmoro. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
"Sekarang ini kan kita lihat angkutan penumpang Jabodetabek KRL yang barangkali memang tidak sadar zaman Pak Jonan 3-4 tahun lalu itu paling 500 ribu per hari. Sekarang sudah hit 1.1503.000 orang sehari dengan 928 perjalanan kereta api, hanya KRL nih," ungkap Edi.
ADVERTISEMENT
Edi melanjutkan, imbas kenaikan penumpang KRL itu juga berbuah manis pada pendapatan PT KAI. Laba bersih perseroan sebesar Rp 1,718 triliun di 2017, meningkat dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 1,028 triliun.
"Sampai dengan akhir 2017 ini pun, laporan terakhir pendapatan kita total sampai Rp 17,9 triliun, nah pendapatan ini memang tidak lepas dengan jumlah penumpang yang memang sudah terangkut dengan kereta api dalam setahunnya," imbuhnya.
Kepadatan penumpang KRL di Stasiun Sudirman. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepadatan penumpang KRL di Stasiun Sudirman. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Sementara, kata Edi, PT KAI juga tergolong sebagai moda transportasi darat dengan jumlah penumpang yang besar. Setidaknya jika dibandingkan dengan pesawat terbang.
"Penumpang kereta api itu dalam sepanjang 2017 itu saja sudah mencapai 394 juta penumpang. Pesawat kalau dikumpulin semua setahun hanya 100 juta penumpang. Kita 394 juta penumpang seluruhnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT