Jejak Bos Freeport, James Moffett, dari Zaman Soeharto hingga Jokowi

23 Februari 2019 7:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
James Moffett. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
James Moffett. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama mantan Chairman Freeport McMoRan Inc, James Robert Moffett alias Jim Bob, kembali mencuat dalam pemberitaan media Indonesia. Ini bukan kali pertama. Posisinya sebagai bos Freeport McMoRan yang ikut menentukan kelangsung operasi anak usahanya, PT Freeport Indonesia (PTFI), membuatnya jadi sorotan media di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Moffett yang sudah berkiprah di bisnis tambang sejak 1964, jadi sosok terkemuka di industri tersebut. Dia memimpin Freeport McMoRan (FCX) sebagai Chairman merangkap CEO sejak 1984 hingga 2003. Kemudian posisinya bergerser menjadi Executive Chairman saja hingga 2015.
Keberadaan PTFI, juga menuntutnya membangun kedekatan dengan elite di jajaran kekuasaan Indonesia. Seorang mantan dirjen di Kementerian ESDM yang dulu bernama Departemen Pertambangan menuturkan, Jim Bob bisa tiba-tiba datang ke Jakarta, terbang dari Arizona, tempat kantor pusat Freeport McMoRan Inc berada.
“Dari bandara dia bisa ke istana, langsung bertemu Presiden. Bisa juga ke DPR bertemu pimpinan dan elite partai. Bahkan kadang-kadang orang Freeport Indonesia enggak ada yang tahu kedatangan Jim Bob,” katanya.
ADVERTISEMENT
Hal itu dilakukannya sejak lama, termasuk semasa Presiden Soeharto. Geolog lulusan University of Texas itu, juga menjalin kedekatan dengan orang-orang di lingkaran dalam kekuasaan. The New York Times pada 18 Februari 1997 menulis, Jim Bob sangat dekat dengan Bob Hasan, teman main golf Soeharto tiap dua kali sepekan.
Sedemikian dekatnya Jim Bob dengan penguasa Indonesia, Soeharto pernah memanggilnya ke peternakan di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Saat itu dia datang ditemani Bob Hasan. Mengutip The New York Times, dalam pertemuan pada awal Desember 1996 itu Soeharto meminta Jim Bob, membantu pendanaan eksploitasi tambang emas di Busang, Kalimantan Timur.
Lokasi tambang Freeport Foto: Reuters
Belakangan terungkap, cadangan emas di Busang yang semula diklaim mencapai 30 juta ounce, hanya pepesan kosong. Michael de Guzman, geolog asal Filipina, menggembar-gemborkan penemuan cadangan emas itu, hanya untuk meraup untung berupa dana investasi ke perusahaannya.
ADVERTISEMENT
Pertemuan Jim Bob dengan Jokowi Jim Bob sendiri sudah melepas jabatan sebagai orang nomor satu di FCX pada 29 Desember 2015. Posisinya sebagai Chairman Freeport McMoRan, digantikan oleh Gerald J. Ford. Berbeda dengan Jim yang geolog, Ford punya latar belakang pendidikan dan karier yang panjang di industri keuangan dan perbankan.
Sekitar dua bulan sebelum pergantian itu, James Moffett menemui Presiden Joko Widodo. Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pagi hari pada 6 Oktober 2015. Pertemuan inilah yang mencuatkan lagi nama penggemar penyanyi rock and roll Elvis Presley itu, ke jagat pemberitaan media di Indonesia.
Sepanjang 2015, Freeport memang sedang mencari kepastian atas masa depan bisnisnya di Indonesia. Pada 9 Juli 2015, perusahaan berkirim surat ke pemerintah meminta perpanjangan izin operasi PTFI. Tapi sesuai aturan, perpanjangan izin hanya dapat diberikan pada 2019 atau dua tahun sebelum Kontrak Karya (KK) berakhir pada 2021.
ADVERTISEMENT
Bukannya izin perpanjang yang diperoleh, pemerintah justru mendesak Freeport memenuhi komitmen terkait empat hal. Pertama, pelepasan (divestasi) hingga 30 persen saham PTFI kepada Pemerintah Indonesia. Ini sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014.
Kedua, pembangunan fasilitas pengolahan konsentrat mineral tambang atau smelter. Ketiga, konsolidasi luas wilayah pertambangan. Dan keempat, peningkatan penggunaan barang, jasa, dan tenaga kerja dalam negeri.
Peluncuran buku 'Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan' Simon Felix Sembiring bersama Sudirman Said dan Said Didu di Jakarta Selatan. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Adalah mantan Menteri ESDM Sudirman Said, yang mengungkit lagi pertemuan Jim Bob dengan Jokowi, di ruang kerja Presiden Jokowi. Sudirman menuturkan, dia dihubungi ajudan Presiden pagi pada 6 Oktober 2015 itu, diminta menghadap ke istana.
“Sebelum masuk ruang kerja Presiden, dibilang (asisten pribadi Jokowi) pertemuan ini tidak ada. Duduklah saya di sebelah presiden. Saya kaget di ruangan itu ternyata ada James Moffett. Dan tidak panjang lebar, Presiden mengatakan 'tolong siapkan surat seperti apa yang diperlukan. Kira-kira kita ini menjaga kelangsungan investasi, nanti dibicarakan setelah pertemuan ini'. Baik," tutur Sudirman.
ADVERTISEMENT
Direktur Materi dan Debat pada Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi tersebut, mengungkapkan kejadian empat tahun silam itu dalam acara peluncuran buku “Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan”, di Melawai, Jakarta, Rabu (20/2). Buku itu ditulis mantan Dirjen Mineral dan Batubara, Simon Felix Sembiring
Menurut Sudirman, dalam buku tersebut ditulis bahwa surat yang dikeluarkannya tanggal 7 Oktober 2015 (sehari setelah pertemuan di istana), disebut melampaui kewenangan sebagai Menteri ESDM. Bahkan dianggap melemahkan posisi pemerintah Indonesia, dalam bernegosiasi dengan Freeport ke depan.
Presiden Jokowi umumkan Indonesia sah miliki 51 persen saham Freeport di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Jihad Akbar/kumparan
“Saya hanya menceritakan kronologi saja. Tidak ada hal yang saya tambahkan, tidak ada yang saya kurangi” imbuh Sudirman.
Terkait surat yang diterbitkannya itu, Sudirman menjelaskan, isinya berbeda dari draf yang sudah disiapkan Jim Bob dan diterimanya saat menemui Presiden. Surat itu dia buat ulang, disusun oleh Sekjen dan Biro Hukum Kementerian ESDM. “Jadi draf yang saya punya ini aman, tidak merusak," kata dia.
ADVERTISEMENT
Jim Bob dan Pemerintahan SBY Jim Bob yang oleh Reuters disebut sebagai legenda pertambangan Amerika Serikat, juga harus melobi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Pertemuan dengan pejabat pemerintahan SBY cukup intens dilakukan pada 2014.
Saat itu, PTFI terkena larangan ekspor mineral tambang, karena belum memenuhi kewajiban membangun smelter. Hal ini sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010, yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.
Selama 6 bulan, kegiatan operasi PTFI terhambat. Hasil tambang tak bisa diolah di dalam negeri karena smelter belum ada, namun tak bisa juga diekspor. Kegiatan penambangan terpaksa dihentikan, sehingga ribuan pegawai terancam berhenti kerja.
Dalam usianya saat itu yang sudah 74 tahun, Jim Bob pun harus beberapa kali menempuh penerbangan 18 jam dari Arizona ke Jakarta, menemui pejabat Pemerintah Indonesia. Di antaranya pada suatu hari di bulan Agustus 2014.
Chairul Tanjung saat pelantikannya sebagai Menko. Foto: Subekti/Tempo
Kali ini dia menemui Menko Perekonomian, Chairul Tanjung. Didahului serangkaian lobi, Jim Bob berharap ini menjadi pembicaraan akhir, yang bisa memberinya kesepakatan untuk memuluskan lagi operasi PTFI.
ADVERTISEMENT
Pertemuan keduanya berlangsung kurang dari dua jam. Dan izin ekspor pun kembali terbit.
"Saya hanya meyakinkan dia bahwa ini adalah yang paling maksimal yang dapat diberikan pemerintah," kata Chairul Tanjung saat itu, seperti dilansir Reuters. "Dia percaya saya, saya percaya dia. Dan kami berjabat tangan. Sangat sederhana," lanjut pengusaha yang biasa disapa CT tersebut.
Kesamaan chemistry dua orang yang sama-sama pengusaha, mempermudah dicapainya kesepakatan. CT juga menilai Jim Bob cukup fleksibel dalam mengambil pendekatan.
Setelah larangan ekspor yang memicu kerugian hingga USD 1 miliar, PTFI bisa kembali beroperasi. Padahal sebelumnya Reuters menyebut PTFI nyaris bangkrut. Jika hal buruk itu terjadi, Freeport McMoRan tentu juga akan terkena dampaknya. Karena PTFI menyumbang sepertiga kinerja induk usahanya tersebut.
ADVERTISEMENT