news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jenis Pekerjaan Apa Saja yang Tergusur di Era Digital?

2 November 2018 7:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemasangan teknologi plasma nano bubble di Kali Item, Jakarta, Kamis (4/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemasangan teknologi plasma nano bubble di Kali Item, Jakarta, Kamis (4/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dulu, sebelum perubahan zaman yang mulai memasuki digitalisasi hadir, beberapa jenis pekerjaan seperti dokter masih menjadi hal yang mengagumkan. Namun, lahirnya generasi baru sekarang ini justru mengubah persepsi akan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Hadirnya kalangan milenial saat ini diikuti dengan berkembangnya teknologi. Secara otomatis, pekerjaan pun ikut berubah. Sebab, ada beberapa pekerjaan yang bisa beradaptasi dengan perubahan digital dan ada yang tergusur.
“Ada beberapa pekerjaan yang jadi muncul dan justru bisa bertahan di era digital, seperti mereka yang bekerja di bidang teknologi komunikasi, industri kreatif, profesional, pelayanan kesehatan, dan ada beberapa lainnya,” kata Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira saat dihubungi kumparan, Jumat (2/11).
Petugas mengerjakan pekerjaan jaringan listrik, Sulawesi Tengah, Kamis (30/8). (Foto: ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengerjakan pekerjaan jaringan listrik, Sulawesi Tengah, Kamis (30/8). (Foto: ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
Dia kemudian menjelaskan pekerjaan di bidang industri kreatif, seperti seniman dan desainer diperikirakan akan tetap eksis. Potensi otomatisasi berdasarkan okupasi yang tertinggi, lanjutnya, akan terjadi di sektor manufaktur sebesar 60 persen. Sebagian besar akan menggunakan teknologi dibanding tenaga manusia.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, otomatisasi cukup besar juga akan terjadi di sektor transportasi dan pergudangan sebesar 63 persen. Diikuti oleh sektor perdagangan retail 50 persen, pertanian, kehutanan, perikanan, dan perburuhan 49 persen, serta konstruksi 45 persen.
“Potensi pekerjaan yang hilang itu yang keterampilannya terbatas, bukan level advance,” katanya lagi.
Untuk itu, Bhima menyarankan agar pendidikan vokasi dan sertifikasi berbasis kompetensi bisa membantu mengantisipasi hilangnya pekerjaan. Dengn begitu, para pekerja tidak perlu khawatir lagi akan digantikan oleh tenaga mesin.
“Ini langkah strategis untuk antisipasi, harus disiapkan dari sekarang,” tutupnya.