Jepang Beli CPO Indonesia Rp 1,6 Triliun di TEI 2018

9 November 2018 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Kementerian Perdagangan terus melakukan diversifikasi pasar khususnya untuk produk Crude Palm Oil (CPO). Hal ini dilakukan untuk menggenjot nilai dan volume ekspor
ADVERTISEMENT
Di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2018, produk CPO Indonesia sangat laku terjual. Jumlah transaksi kontrak penjualan CPO di TEI 2018 mencapai USD 132,5 juta. Pembeli terbanyak didominasi dari Jepang.
"Untuk CPO ini memang yang mendominasi adalah new buyer. Jadi mereka yang sudah langganan produk CPO kita, itu hanya datang lalu berdiskusi," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ditemui di Auditorium Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta Pusat, Jumat (9/11).
Dari transaksi di TEI 2018 kemarin, Jepang menjadi pembeli CPO terbesar dengan nilai USD 111,872 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun (kurs Rp 15.000). Sementara di posisi selanjutnya, masih didominasi oleh India dengan nilai transaksi sebesar USD 11,17 juta.
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Enggar menambahkan selama ini pemerintah sudah mulai berupaya bekerja untuk mencari solusi dalam memperluas pasar CPO, khususnya ke negara non tradisional. Selama ini, pasar CPO Indonesia masih hanya didominasi oleh China, India, dan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
"Dalam waktu dekat kami juga akan melakukan kunjungan kerja sama dengan delegasi bisnis Aljazair di akhir bulan. Salah satu propek pasar yang baik memang, meskipun bukan termasuk negara World Trade Organization (WTO)," ucapnya.
Sementara Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan upaya pemerintah dalam menjangkau negara non tradisional ini sudah baik. Hanya saja, perlu dilakukan sejumlah upaya yang lebih agresif agar bisa mendapat pasar baru.
"Pemerintah bisa memulai dengan mengaktifkan diplomasi ekonomi melalui sejumlah perwakilan negara kita yang ada di negara potensi sebagai pasar baru tadi," timpalnya.