Jika Tarif Tol JORR Diseragamkan, 61% Pengguna Membayar Lebih Murah
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto mengakui, integrasi tarif tol JORR akan merugikan pengguna tol jarak pendek. Namun jumlah pengguna tol yang dirugikan lebih sedikit ketimbang yang diuntungkan.
“Pasti ada yang membayar lebih mahal. Tapi ada 61% yang justru membayar jauh lebih murah. Hanya 38% yang membayar lebih mahal, dan 1% sama saja,” ujarnya di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Kamis (21/6).
Arie menjelaskan, dalam kebijakan ini, pihak yang diuntungkan terutama adalah truk pengangkut logistik dan sebagian pengguna kendaraan pribadi jarak jauh. Dia menyarankan bagi pengguna tol jarak pendek yang keberatan dengan sistem tarif baru tersebut, untuk menggunakan jalan arteri atau non-tol.
“Dan berikutnya 38% yang merasa keberatan akan kami minta menggunakan jalan arteri yang ada. Ini untuk meningkatkan layanan pengelola tol kepada masyarakat luas,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna memprediksi dengan adanya integrasi tarif tol di JORR, pengguna tol jarak pendek akan berkurang. Hal ini mengacu pada penerapan pola pentarifan yang sama di Tol Jakarta-Tangerang dan Tol Jagorawi.
ADVERTISEMENT
“Pengalaman di Tol Jakarta-Tangerang berkurang 17%, di Tol Jagoragi berkurang 9%. Akibat kebijakan ini pengguna tol jarak pendek tidak menggunakan lagi,” ucapnya.
Dengan menurunnya pengguna tol jarak pendek, juga mengurangi kepadatan di jalan tol. Hal ini dibenarkan Corporate Secretary PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Agus Setiawan. Dia menjelaskan, adanya penurunan pengguna tol jarak pendek di Tol Jagorawi memang mengurangi pendapatan, namun kecepatan tempuh rata-rata bertambah.
“Dulu pengguna tol dari Bogor sampai Jakarta bisa 1 jam lebih, sekarang kurang dari 1 jam. Nanti di Tol JORR mungkin juga akan sama,” ujar Agus.