JK Ancam Balik Uni Eropa yang Jegal Sawit RI

11 April 2018 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Januar)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Januar)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla marah besar setelah mendapatkan kabar Uni Eropa kembali menjegal masuk produk CPO asal Indonesia. Menurut JK apa yang dilakukan Uni Eropa sangat diskriminatif.
ADVERTISEMENT
Uni Eropa memang sudah lama menjegal bahkan memboikot produk kelapa sawit dan turunannya asal Indonesia. Serangan yang dilancarkan Uni Eropa beragam mulai dari isu lingkungan sampai kesehatan.
"Artinya kita ingatkan Eropa bahwa kita membeli banyak atau terbesar Airbus oleh Lion (Lion Air), oleh Garuda (Garuda Indonesia), karena itu jangan perlakukan diskriminatif karena kita bisa mengambil kebijakan yang sama," tegas JK saat ditemui di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (11/4).
Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Menurut JK, pihaknya akan tetap mengedepankan negosiasi dengan Uni Eropa agar produk kelapa sawit dan turunannya asal Indonesia tak lagi dijegal. Nilai ekspor produk sawit ke negara-negara Uni Eropa memang tidak besar tetapi tumbuh setiap tahunnya. Misalnya di tahun 2017 angka ekspornya naik 15% atau dari 4,37 juta ton di tahun 2016 menjadi 5,03 juta ton di tahun 2017.
ADVERTISEMENT
"Negosiasi, kita juga ada pertemuan RI dengan Eropa," imbuhnya.
Walaupun Indonesia dan Uni Eropa berselisih soal kelapa sawit namun JK menegaskan tidak akan menghalangi niat kedua belah pihak untuk membuka perdagangan bebas (free trade agreement). Sampai saat ini perundingan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa masih tetap dilakukan dengan melibatkan pemerintah dan pelaku usaha.
"Tergantung, itu (niat perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa) sudah berapa tahun, lama itu. Ada syarat yang sulit dipenuhi seperti permintaan kita atau permintaan mereka, prosesnya lama itu. Mereka (Uni Eropa) juga butuh kita," jelasnya.