JK Nilai Industri Indonesia Perlu Bantuan Robot Agar Efisien

10 Desember 2018 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wapres Jusuf Kalla memberikan sambutan di Hotel Sultan, Jakarta. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wapres Jusuf Kalla memberikan sambutan di Hotel Sultan, Jakarta. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0, di mana pemanfaatan teknologi hingga mesin untuk kegiatan industri dilakukan dalam peningkatan produksi. Dalam acara CEO Forum 'Embracing Industry 4.0 Opportunity' Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berbagi cerita terkait peran mesin dan teknologi untuk kegiatan industri.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapannya, revolusi industri 4.0 di Indonesia punya kesempatan besar, namun saat ini belum semua sektor memanfaatkan teknologi dalam kegiatan produksi, seperti sektor pertanian. Menurut JK, pemanfaatan teknologi di revolusi industri harus merata di seluruh sektor.
"Kita jangan hanya berbicara tentang revolusi 4.0 saja, karena di pertanian kita masih di generasi 1.0. Kita masih banyak petani yang mencangkul dan itu masih sebelum 1.0 bahkan dan 30 persen petani kita masih dalam revolusi pertama," kata JK memberi sambutan acara di Hotel Pacific Place, Jakarta, Senin (10/12).
JK mengatakan, saat ini belum semua industri di Indonesia menerapkan revolusi 4.0. Ia lalu bercerita soal produksi panser Pindad dulu yang kurang berkembang, JK saat itu butuh 20 unit panser, sementara Pindad hanya mampu membuat 2 unit per bulan, ternyata industrinya masih menerapkan produksi bengkel.
ADVERTISEMENT
"Padahal ini industri strategis negara. Setelah diubah sistemnya, hanya mengubah sistem langsung bisa memproduksi 20 unit per bulan dan itu kita capai hanya dalam waktu singkat," jelas JK.
Bicara revolusi industri 4.0 penggunaan robot dalam kegiatan produksi dibuat semakin besar. JK tak menampik kehadiran robot atau otomatisasi dapat menggantikan peran dan tenaga manusia. Otomatisasi sebenarnya tidak dilarang, namun ia khawatir jika seluruh tenaga diganti robot, siapa yang akan membeli barang hasil produksi tersebut.
"Siapa beli baju? Siapa beli mobil kalau tidak dibutuhkan lagi orang sehingga mereka tidak bekerja? Jadi ada suatu pembagian sampai berapa tingkat kebutuhan kita akan robotik dan otomasi tersebut, tetapi yakin bahwa apapun keadaannya maka kita harus mempersiapkan tenaga kerja kita terkait kemajuan yang ada," jelas JK.
ADVERTISEMENT
Menurutnya ada hal-hal yang tidak bisa diotomatisasi, seperti bidang pertanian misalnya. Otomatisasi menurutnya tak begitu punya peran besar di pertanian, yang paling utama adalah bagaimana meningkatkan produksi beras di tengah lahan yang kian berkurang.
Menurutnya kebutuhan revolusi industri di masing-masing negara berbeda beda. Setiap negara punya kebutuhan industrinya masing masing dalam memanfaatkan teknologi, robot otomatisasi untuk memproduksi suatu barang.
Pabrik kelistrikan milik PT ABB Sakti Industri di Tangerang. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik kelistrikan milik PT ABB Sakti Industri di Tangerang. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
"Apakah efisien untuk melakukan automation di penduduk yang 1,4 miliar itu (China) atau di India (miliar) 1,2 miliar untuk melawan produksi Amerika yang tentunya akan mereka memakai 4.0? Itu pertanyannya, ini tidak bisa dalam revolusi industri tidak disamaratakan semuanya. Kebutuhannya akan berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan hal tersebut," kata JK.
Ia bercerita, dalam perkembangannya revolusi industri mengubah kebiasaan manusia. Seperti contohnya di kawasan Tanjung Priok dan Makassar. Dulu sebelum ada kontainer dan alat bongkar muat, banyak tenaga angkut yang bekerja di pelabuhan tradisional. Saat bongkar muat yang membutuhkan proses lama itu, banyak awak kapal mencari hiburan.
ADVERTISEMENT
"Kapal hanya singgah 6 jam sampai 10 jam di pelabuhan. Dulu 3 hari dia membongkar muatan, sehingga dia sehabis 3 hari 4 malam cari hiburan. Sekarang tidak ada lagi anak buah kapal yang cari hiburan, karena (dia) datang dan langsung pergi," kata JK.
Tenaga manusia di pelabuhan tersebut kini digantikan dengan mesin. Hal tersebut ditandai dengan adanya pembangunan pelabuhan kontainer. Untuk itu, perlu tenaga yang menguasai bidangnya sehingga mesin dapat bekerja dengan baik.
"Gabungan antara komputer dengan kontainer itu menyebabkan suatu revolusi yang besar-besaran dalam perdagangan industri kita semuanya. Jadi tidak menambah, tidak mengurangi kerja, tetapi meningkatkan kualitas dan berubah dari kuli pelabuhan menjadi operator crane," jelasnya.
"(Kita) memerlukan tiga hal pokok ialah kemampuan teknologi, semangat entrepreneurship, dan kecepatan dan bersihnya birokrasi. Kalau kita punya tiga hal itu maka insyaallah ekonomi kita pasti jauh lebih baik," ujarnya.
ADVERTISEMENT