JK Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI di 2018 di Atas 5%

9 Juli 2018 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa melebihi 5%. Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan tersebut adalah konsumsi dalam negeri yang masih cukup stabil.
ADVERTISEMENT
JK berpendapat, tahun ini merupakan tahun yang berat bagi perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian global yang tak menentu ditambah dengan perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) memberikan sentimen negatif bagi perekonomian Indonesia.
"Ini dalam kondisi seperti ini susah memprediksinya karena banyak faktor eksternal, kalau dari dalam kita bisa mengukurnya. Sekarang dunia itu bingung apa yang dilakukan dan apa yang ada di dalam Twitter Trump. AS sendiri sulit memprediksi. Tetapi saya masih yakin di atas 5%, berapa pun 5,1% atau 5,2% targetnya kan 5,4%. Jadi kita masih cukup stabil karena konsumsi dalam negeri masih cukup baik," tutur JK saat berbincang dengan kumparan, Sabtu (7/7).
Jusuf Kalla (Foto: Prima Gerhard S/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jusuf Kalla (Foto: Prima Gerhard S/kumparan)
Dikatakan JK, pemerintah awalnya yakin ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6% sampai 7% pada tahun ini. Namun JK menyadari, ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh maksimal sebesar 5,2% mengingat pertumbuhan yang terjadi pada kuartal I 2018 hanya 5,01%.
ADVERTISEMENT
"Memang petumbuhan kita 5,1%, 5,2% atau 5 sekian persen. Jadi bagi kita di samping pertumbuhan penting tetapi stabilitasnya. Walaupun targetnya kita 6-7% dari awal sehingga ini tidak tercapai," ucapnya.
Tidak hanya Indonesia yang merevisi target pertumbuhan ekonominya tetapi negara-negara lainnya di dunia. Mereka ikut terkena imbas dari kondisi perekonomian global yang belum menentu.
"Sekali lagi kita lihat negara lain seperti Brasil, Argentina, Turki dan India. Ini efek perdagangan dunia internasional," tutupnya.