Jokowi Effect: 3 Sektor Saham Ini Diprediksi Bakal Cuan

20 April 2019 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung mall Grand Indonesia menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung mall Grand Indonesia menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Jokowi-Ma'ruf pada hitung cepat memang belum resmi. Namun, beberapa pihak mengatakan, Jokowi Effect berhasil menjadi sentimen positif. Sejumlah indikator keuangan seperti nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penguatan. Dana asing pun mengalir deras masuk ke Indonesia.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sepanjang 2019, dana asing masuk atau investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 15,220 triliun dan selama sepekan ini, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 1,426 triliun.
Seiring dengan itu, dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan sebesar 1,58 persen ke level 6.507,221 dari 6.405,866 pada penutupan pekan lalu.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, Jokowi Effect juga akan berpengaruh pada sejumlah sektor saham. Menurutnya, ada tiga sektor saham yang diprediksi bisa cuan pada pekan depan.
ADVERTISEMENT
“Konstruksi, infrastruktur, perbankan. Saya lihat cukup oke,” ungkap Dennies kepada kumparan, Sabtu (20/4).
Pencatatan saham perdana empat emiten di BEI Foto: Ela Nurlaela/kumparan
Saham sektor konstruksi dan infrastruktur menurutnya punya peluang bagus sebab fokus utama Jokowi pada masa kepemimpinannya adalah pembangunan infrastruktur.
Selama 2018, total jalan tol yang telah terbangun adalah sepanjang 782 km. Pembangunan terus berlanjut hingga saat ini. Pemerintah menargetkan pembangunan jalan tol tahun 2019 sepanjang 1.070 km. Total pembangunan jalan tol nantinya, di masa pemerintahan Jokowi mencapai 1.852 km.
Tak hanya jalan tol, beberapa pembangunan infrastruktur juga masif dilakukan seperti pembangunan jalan nasional, jembatan, bendungan, irigasi, hingga bandara.
Sehingga menurut Dennies, ketika hasil quick count menunjukkan Jokowi-Ma’ruf unggul, investor mempunyai ekspektasi bahwa perekonomian bakal menjadi lebih baik jika Jokowi menjabat kembali sebagai presiden.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya lihat investor punya ekspektasi ke depan akan cukup baik jika Pak Jokowi menjabat lagi,” ujarnya.
Selain saham sektor infrastruktur dan konstruksi, menurut Dennies, saham sektor perbankan juga akan mentereng. Sebab investor menilai perekonomian Indonesia dalam kurun waktu lima tahun ini cenderung stabil.
“Perbankan mengikuti. (Terlihat) dari stabilnya perekonomian dan nilai tukar,” ujarnya.
Konferensi pers Badan pusat Statistik (BPS) terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2018. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Berdasarkan data perdagangan Reuters sehari pascapemilu, Kamis (18/4), rupiah sempat menguat ke level Rp 13.995 per dolar AS pada pukul 09.16 WIB.
Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada 2018 mencapai 5,17 persen atau terbaik sejak lima tahun terakhir.
Bila melihat tren sejak 2014, angka tersebut memang terbesar. Pada 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,01 persen, atau lebih rendah dibanding 2013 yang sebesar 5,56 persen. Pertumbuhan ekonomi juga sempat anjlok ke level 4,88 persen pada 2015. Setelah itu, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik menuju 5,03 persen pada 2016 dan 5,07 persen pada 2017 hingga mencapai 5,17 persen pada 2018.
ADVERTISEMENT