Jokowi ke Prabowo: Indonesia Punya Diplomat yang Pintar-pintar

30 Maret 2019 23:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Salah satu sesi debat Pilpres 2019 menampilkan sesi di mana kedua capres menjawab pertanyaan dari moderator. Dalam sesi ini moderator bertanya soal diplomasi.
ADVERTISEMENT
Cawapres 01 Joko Widodo menjelaskan saat ini Indonesia telah memiliki diplomat-diplomat yang pintar. Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan beberapa kerja sama perdagangan bebas dengan negara lain seperti yang baru saja terealisasi bersama Australia Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
“Kita memiliki diplomat yang sangat pintar dan CEPA dan skop yang lebih luas investasi yang ada kita juga dengan Australia produk kita bisa masuk ke sana,” katanya saat debat pilpres di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3).
Sebagai catatan, negosiasi IA-CEPA diluncurkan pada November 2010 dan berlangsung selama 12 putaran dengan beberapa pertemuan tingkat ketua negosiator. Cakupan perundingan IA-CEPA adalah perdagangan barang meliputi aspek non-tarif dalam berbagai hal.
Capres no urut 01, Joko Widodo saat menyampaikan pendapatnya saat Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Seperti berbagai measures, ketentuan asal barang, prosedur bea cukai dan fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, sanitasi dan fitosanitasi, perdagangan jasa yang meliputi ketenagakerjaan, jasa keuangan, telekomunikasi, jasa profesional, investasi, perdagangan elektronik, kebijakan daya saing, kerja sama ekonomi, serta ketentuan kelembagaan dan kerangka kerja.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Prabowo menilai dalam menjalin hubungan dengan negara asing atau berdiplomasi sebuah negara harus mementingkan kepentingan nasional (core interest). Salah satu upaya untuk memprioritaskan yaitu dengan memberikan perhatian lebih, khususnya di kawasan daerah pinggiran.
“Ujungnya diplomasi itu harus merupakan bagian dari upaya mempertahankan kepentingan nasional inti sebuah negara. Kalau hanya senyum-senyum menjadi nice guy hanya begitu begitu saja,” katanya.