Jokowi: Perang Dagang Makin Sengit, tapi Bukan Sebuah Masalah Besar

12 Juni 2019 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi perhatian utama pemerintah. Apalagi kedua negara masih ngotot, tidak ada yang mau mengalah.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo pun mengimbau agar pengusaha mengantisipasi dampak dari perang dagang ini. Hal ini dia ungkapkan saat menerima kunjungan dari para pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (12/6).
Hadir pada acara tersebut Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani, Direktur Bakrie Group Anindya Bakrie, hingga Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Erick Thohir.
"Kita tahu pemilu telah selesai meskipun masih ada proses MK (Mahkamah Konstitusi). Kita berharap kita fokus lagi, konsentrasi lagi pada urusan-urusan ekonomi dan terutama karena perang dagangnya semakin sengit," ungkap Jokowi.
Meski perang dagang AS-China sengit, menurut Jokowi masih ada peluang bagi Indonesia untuk mengambil keuntungan.
ADVERTISEMENT
"Jangan kita memandang itu sebagai sebuah masalah besar, tapi menurut saya ada sebuah peluang, ada sebuah opportunity yang bisa kita ambil dari ramainya perang dagang ini," sebutnya.
Pengurus Kadin dan HIPMI bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Kesempatan ini yang harusnya tidak disia-siakan pengusaha Indonesia. Misalnya, pasar AS yang cukup besar yang selama ini menjadi sasaran produk-produk China. Dengan adanya perang dagang tentunya banyak produk China yang dicegah masuk ke AS. Kesempatan produk Indonesia untuk bisa masuk.
"Saya melihat misalnya kayak pasar di Amerika, yang sebelumnya dimasuki produk-produk dari Tiongkok, ini bisa jadi peluang kita untuk juga memperbesar kapasitas sehingga produk kita bisa masuk di sana," jelasnya.
Adapun beberapa produk yang permintaannya cukup besar di AS yang selama ini dipenuhi oleh China misalnya tekstil dan furniture.
ADVERTISEMENT
"Yang saya tahu lebih dari 50 persen datang dari Tiongkok ya, kenapa enggak diisi dari kita? Saya kira peluang seperti ini yang secara detail harus kita lihat dan manfaatkan sebesarnya untuk meningkatkan ekspor kita," pungkasnya.