Jokowi Rajin Bangun Tol dan Bandara, Saham Infrastruktur Malah Hancur

28 November 2018 14:38 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi Saat Peresmian Jalan Tol Solo-Ngawi (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi Saat Peresmian Jalan Tol Solo-Ngawi (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal menjabat rajin membangun infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara hingga jembatan.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditunjukkan dengan naiknya belanja infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dari tahun 2014-2019, yakni naik 167 persen. Pada tahun 2014, alokasi pembangunan infrastruktur sebesar Rp 157,4 triliun. Kemudian naik menjadi Rp 256,1 triliun (2015), Rp 269,1 triliun (2016), Rp 379,4 triliun (2017), Rp 410,4 triliun (2018) dan Rp 420,5 triliun (RAPBN 2019).
Alokasi ini belum termasuk pembiayaan di luar APBN, yakni pinjaman swasta. Pembangunan infrastruktur yang tinggi ini dinikmati oleh kontraktor nasional, di antara perusahaan konstruksi dan operator jalan tol pelat merah seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Mayoritas proyek infrastruktur pemerintah yang berukuran besar dikerjakan dan ditangani oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
ADVERTISEMENT
Meski memperoleh banyak pekerjaan, ternyata hal tersebut tak membuat harga saham emiten BUMN sektor infrastruktur menjadi kinclong. Sebaliknya, harga saham emiten sektor infrastruktur pelat merah justru menurun selama 3 tahun terakhir.
Ambil contoh WIKA. Pada periode 28 November 2015 - 28 November 2018, harga saham WIKA naik turun, yakni sempat berada pada posisi tertingginya di Rp 3.390. Sayangnya, harga saham Wijaya Karya terus turun hingga pernah pada posisi terendahnya di Rp 1.095. Hari ini, saham WIKA pada Rabu (28/11), pukul 13.40 waktu JATS dijual di posisi Rp 1.425. WIKA sendiri tercatat memiliki berbagai proyek strategis seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Pergerakan Harga Saham Emiten Konstruksi Selama 3 Tahun
Lantas Apa Pemicu Rendahnya Kinerja Saham Emiten Konstruksi BUMN?
ADVERTISEMENT
Analis Bahana Securities Muhammad Wafi menilai ada 2 hal sebagai penyebab rendahnya kinerja saham perusahaan-perusahaan konstruksi pelat merah. Pertama, arus kas (cash flow) yang negatif atau mengalami penurunan. Dalam arus kas sendiri terdapat 3 komponen penting yakni cash flow dari aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Faktor lainnya ialah terjadi over valuasi saham-saham emiten BUMN konstruksi karena ekspektasi yang tinggi, namun tidak diikuti fundamental yang kuat.
Suasana jalan Tol Jakarta-Cikampek yang macet karena proses pembangunan jalur LRT. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalan Tol Jakarta-Cikampek yang macet karena proses pembangunan jalur LRT. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Over valuation karena ekspektasi tinggi. Kenaikan harga saham infrastruktur tahun 2017 kemarin membuat valuasi saham infrastruktur jadi kemahalan. Plus masalah cash flow dari proyek-proyek infrastruktur yang ada," ungkap Wafi kepada kumparan, Rabu (28/11).
Bagi Wafi, kinerja cash flow sangat menentukan pergerakan saham selama 3 tahun terakhir. Mengutip data keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI), cash flow Jasa Marga untuk periode 2014-2017 mengalami defisit atau nol selama 3 tahun, hanya tahun 2017 yang positif yakni Rp 2 triliun. Sementara Waskita Karya mengalami defisit cash flow pada tahun 2017, Adhi Karya defisit cash flow pada tahun 2014 dan 2016. Sebaliknya, PTPP dan WIKA mencatat arus kas yang positif selama periode 2014-2017, namun cash flow kedua BUMN itu mengalami tren penurunan.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs Investopedia, keberadaan cash flow dinilai sangat penting untuk mengukur kinerja keuangan, bahkan menggambarkan kondisi lebih akurat daripada perolehan laba rugi. Alasannya, cash flow menunjukkan sisa uang tunai yang dimiliki perusahaan. Ketersediaan kas ini penting untuk rencana ekspansi, membayar utang, hingga mengembalikan dana ke pemegang saham.