Jonan Ajak Jepang Kembangkan Energi Terbarukan dari Sawit

24 Agustus 2019 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Menteri ESDM Ignasius Jonan (kanan) dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko. Foto: Dok. Kementerian ESDM
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Menteri ESDM Ignasius Jonan (kanan) dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko. Foto: Dok. Kementerian ESDM
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengajak Jepang untuk bersama-sama mengembangkan green energy (energi hijau) yang berkelanjutan, salah satunya berbasis produk turunan kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan Menteri Jonan kepada Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko, dalam kunjungan kerja di Tokyo, Jepang, Jumat (23/8).
"Kita minta Jepang mendukung adanya standar yang digunakan oleh industri kelapa sawit kita, Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), tidak menggunakan semata-mata standar lain yang seperti Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO)," ujar Jonan dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/8).
Pertemuan Menteri ESDM, Ignasius Jonan (kanan) dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Hiroshige Seko (kiri). Foto: Dok. Kementerian ESDM
Jonan mengungkapkan pada dasarnya pihak Jepang menyepakati usulan tersebut dengan membentuk tim bersama yang akan melakukan studi teknis lebih lanjut. "Jadi respons pihak Jepang juga sepakat, jadi mereka akan melakukan studi secara teknis bersama tim Indonesia," ungkapnya.
Pada kunjungan kerja tersebut, Jonan turut didampingi Dubes Indonesia Arifin Tasrif, Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Laode Ida, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi FX Sutijastoto, Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) Dono Boestami, dan Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia MP Tumanggor.
ADVERTISEMENT
Dono Boestami menambahkan, sudah semestinya Jepang juga menggunakan ISPO karena mandatori wajib bagi pengusaha-pengusaha sawit Indonesia. "Sementara RSPO itu lebih voluntary, sukarela sifatnya," tutur Dono.
Laode Ida pun turut menegaskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lagi yang melanggar prinsip lingkungan. "Indonesia tidak lagi menolerir pengembangan perkebunan kelapa sawit yang tidak memperhatikan lingkungan," kata Laode yang mengawasi urusan perkelapasawitan tersebut.
Menanggapi hal itu, Seko mengaku memahami penjelasan Indonesia. Ia akan meneruskan permintaan ini kepada tim teknis METI yang akan melakukan verifikasi lebih lanjut. "Semua masukan ini sangat berarti bagi kami. Selanjutnya tim teknis METI akan berkunjung ke Indonesia untuk melihat secara langsung pengelolaan sawit di Indonesia," kata Seko.
ADVERTISEMENT