Jonan Kritik Industri Migas Nasional: Ketinggalan Zaman

4 April 2019 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM, Ignasius Jonan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM, Ignasius Jonan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan menyebut industri minyak dan gas bumi (migas) nasional ketinggalan zaman. Kata dia, perkembangan di sektor ini terbilang lamban, sama seperti di pertambangan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Jonan pada dua pejabat baru di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yaitu Murdo Gantoro yang baru dilantik menjadi Sekretaris Umum SKK Migas dan Arief Setiawan Handoko sebagai Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas.
"Mudah-mudahan kinerja SKK Migas lebih baik, dibenahi lah organisasinya, harus berubah ikuti zaman. Terus terang, sektor hulu migas ini sama kayak pertambangan, pada umumnya berubahnya agak telat. Nanti perubahan telat, ketinggalan zaman," kata dia usai melantik di kantornya, Jakarta, Kamis (4/4).
Kata Jonan, meski sektor hulu migas dan pertambangan merupakan dua industri tua, seharusnya mengikuti perkembangan yang ada. Jonan menyebut urusan perencanaan dan pembiayaan di SKK Migas sebagai contoh.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dia meminta kepada Arief Handoko yang saat ini menjabat sebagai Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas agar kedeputiannya bisa berkerja dengan teknik yang lebih modern, mengikuti perkembangan yang ada.
"Saya pesan ke kedeputian ini, saya minta kualitas kerjanya harus makin baik, kenapa? Karena dengan metode baru, dulu kan ada WPNB (Work Program and Budget), sekarang Plan-nya enggak ada. Yang work program-nya ini Deputi Keuangan harus partisipasi dengan baik, jadi tidak berdasarkan misalnya bikin standard cost berdasarkan statistik, kan historikal, ini yang makin lama makin ketinggalan. Ini saya pikir harus diperbaiki," lanjutnya.
Jonan bercerita, ketertinggalan industri migas ini juga tercermin dalam skala global. Pada 2008, dari 10 besar perusahaan dengan nilai kapitalisasi terbesar di dunia, 5 di antaranya adalah perusahaan migas seperti PetroChina, Exxon, dan Sinopec. Tapi pada 2018, 10 perusahaan terbesar dunia didominasi oleh perusahaan teknologi seperti Apple, Alphabet, hingga Google.
ADVERTISEMENT
Jonan kagum pada perusahaan teknologi, di Indonesia menurutnya yang bisa dicontoh ialah Telkom yang bisa mengikuti perkembangan zaman.
"Tapi ini satu regulasi bahwa industri ini (migas) mulai ditinggal oleh orang. Makanya, saya bilang yang harus dikejar efisiensi dan cara melakukan kegiatan di sini yang harus ikuti zaman. Ya kalau yang sekolahnya catat-catat kayak Pak Parulian, saya sendiri, ya jalan terus. Kerjanya cuma fotokopi. Jadi, kalau itu bisa berubah, kenapa kita enggak berubah? Harus berubah," tutupnya.