Jonan Minta PGN Tambah 2.000 Sambungan Jargas di Bogor

27 Februari 2019 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM, Ignasius Jonan dalam peresmian jaringan gas bumi rumah tangga Kota Tarakan & BBM satu harga Kabupaten Malinau di Kota Tarakan, Jumat (15/2). Foto: Sejati Nugroho/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM, Ignasius Jonan dalam peresmian jaringan gas bumi rumah tangga Kota Tarakan & BBM satu harga Kabupaten Malinau di Kota Tarakan, Jumat (15/2). Foto: Sejati Nugroho/kumparan
ADVERTISEMENT
Warga Karadenan, Cibinong, Kabupaten Bogor kini bisa memasak menggunakan gas bumi. Sumbernya, dari gas yang diproduksi PT Pertamina EP dari Cirebon. Gas tersebut dialirkan ke 5.120 sambungan jaringan gas (jargas) milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan pembangunan jargas ini merupakan yang kedua di wilayah Bogor. Yang pertama, dibangun pada 2012 sebanyak 4.000 sambungan.
Pembangunan 5.120 sendiri merupakan program kerja Kementerian ESDM 2018 yang barus selesai dibangun akhir Desember. Dia pun meminta PGN menambah jargas di Bogor tahun ini.
"Di Bogor kita usahakan ada lagi tahun ini, 1.000-2.000 sambungan jargas," kata dia di Masjid Perumahan Puri Nirwana 3, Karadenan, Bogor, Rabu (27/2).
Menteri ESDM, Ignasius Jonan dalam peresmian jaringan gas bumi rumah tangga Kota Tarakan & BBM satu harga Kabupaten Malinau di Kota Tarakan, Jumat (15/2). Foto: Sejati Nugroho/kumparan
Tahun ini, ESDM juga akan memprogramkan jargas untuk Purwakarta, Depok, dan Bekasi. Dia mengakui infrastruktur menjadi kendala dalam mengalirkan gas bumi. Padahal, sumber daya gas bumi di dalam negeri masih banyak.
Menurut perhitungannya, produksi gas bumi nasional saat ini sebesar 7.500 MMFSCD per hari. Sementara untuk membangun kurang lebih 5.120 sambungan jargas di Bogor, hanya perlu 0,2 MMFSCD.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kata dia, penggunaan jargas harus digalakkan terus. Sebab, jauh lebih hemat bagi masyarakat. Selain itu, dengan penggunaan jargas juga bisa mengurangi jumlah impor LPG.
Laundry di Bogor Pakai Gas PGN Foto: Dok. PGN
Konsumsi LPG per tahunnya sebesar 6,5 juta ton per tahun, sementara produksi LPG nasional hanya 2,5 juta ton. Itu artinya, sebanyak 4 juta ton harus impor atau senilai USD 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.
"Sayang uangnya, kalau bisa ini dihemat untuk pembangunan. Jadi tujuannya untuk kurangi impor LPG," ujarnya.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo mengatakan, terdapat beberapa keunggulan gas pipa, khususnya yang didistribusikan PGN, antara lain berasal dari kekayaan gas bumi di dalam negeri. Artinya, dari sisi makro, penggunaan gas pipa bagi konsumsi rumah tangga, tak membebani neraca perdagangan lantaran impor gas yang terjadi pada gas LPG.
Petugas memasang jaringana gas rumah tangga. Foto: Antara/Zabur Karuru
Keunggulan lain khusus konsumen rumah tangga, akan menghemat ongkos penggunaan gas, dikarenakan tarif per kubik gas PGN menjadi lebih murah.
ADVERTISEMENT
“Harga memang berbeda dengan LPG 3 kg," tegas Dilo.
Gas pipa yang disediakan oleh PGN merupakan jenis gas metana berbobot ringan, mudah menguap, dan minim risiko kebakaran. Sedangkan gas LPG merupakan gas propana dengan bobot massa lebih berat dan mudah tersulut api.
“Keunggulan-keunggulan tersebut akan lebih memudahkan masyarakat mengakses energi baik yang lebih ramah lingkungan, dan penggunaan gas inipun membantu kemandirian energi nasional,” tutup Dilo.