Jonan soal Defisit Neraca Perdagangan: Lebih Karena Harga Minyak

17 September 2018 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM, Ignasius Jonan di raker Komisi VII dengan Kementerian ESDM di Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan (6/9/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM, Ignasius Jonan di raker Komisi VII dengan Kementerian ESDM di Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan (6/9/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Defisit neraca perdagangan masih saja menghantui Indonesia. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 mencapai USD 1,02 miliar.
ADVERTISEMENT
Impor migas Agustus 2018 mencapai USD 3,05 miliar atau naik 14,50 persen dibandingkan Juli 2018 dan meningkat 51,43 persen dibanding Agustus 2017.
Peningkatan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor minyak dan gas masing-masing USD 420,3 juta (67,55 persen) dan USD 22,4 juta (7,87 persen). Namun nilai impor hasil minyak turun USD 57,1 juta (3,26 persen).
Menteri ESDM Ignasius Jonan angkat bicara mengenai defisit dari perdagangan migas yang menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan di 2018.
Menurut Jonan, sebenarnya kenaikan volume impor minyak tak banyak. Defisit tersebut, katanya, lebih disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang saat ini sudah mencapai kisaran USD 70 per barel. Sebagai pembanding, pada Agustus 2017 harga minyak berada di kisaran USD 48 per barel.
ADVERTISEMENT
"Neraca minus itu bukan kenaikan konsumsi. Tapi lebih kepada harga," kata Jonan dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/9).
Ia menambahkan, neraca perdagangan migas sudah pasti defisit terjadi karena kebutuhan minyak di dalam negeri mencapai 1,4 juta barel per hari. Sedangkan produksi minyak nasional hanya sekitar 800 ribu barel per hari.
"Produksinya kan 800 barel per hari, konsumsinya 1,4 juta barel per hari. Pasti minuslah," ujarnya.
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
Meski demikian, kata Jonan, sektor migas menyumbang surplus triliunan rupiah di APBN 2018. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari migas tahun ini bisa mencapai Rp 200 triliun.
Ditambah PNBP minerba, sektor ESDM menyumbang penerimaan negara sebesar Rp 240 triliun tahun ini, jauh lebih besar dibanding total anggaran untuk subsidi energi.
ADVERTISEMENT
"Sementara Rp 149 triliun subsidi energi. (Target PNBP dari migas dan minerba) di APBN itu Rp 156 triliun. Outlook-nya Rp 240 triliun. Jadi, kira-kira 50 persen lebih penerimaan migas dan minerba dibandingkan APBN," tutupnya.