Jonan Soroti Eksploitasi Air Tanah: Ancol Turun Sampai 12 Cm per Tahun

15 Oktober 2019 16:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Permukaan tanah di Jakarta mengalami penurunan yang masif sejak belasan tahun belakangan. Dari lima wilayah, Jakarta Utara menjadi daerah yang paling parah.
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, salah satu daerah di Jakarta Utara yang penurunan tanahnya paling parah berada di Ancol. Penurunannya hingga 12 centimeter per tahun.
Penggunaan air tanah sendiri terjadi karena saat ini, kebutuhan air bersih di Jakarta diperkirakan mencapai 846 juta meter kubik per tahun. Sedangkan layanan air PDAM Jakarta hanya baru dapat memasok sekitar 40 persen, sehingga 60 persen kebutuhan air bersih dipenuhi dari pengambilan air tanah.
"Di Utara bisa capai 12 cm. Kalau 10 tahun bisa turun hingga 1 meter. 50 tahun turun 5 meter. Ini persoalan kita bersama," kata dia dalam diskusi di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (14/10).
Dia mengatakan, penurunan terjadi karena penggunaan air tanah yang tak terkendali. Air tanah tersebut berasal dari sumur-sumur bor.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Pemerintah DKI Jakarta, ada sekitar 4.803 sumur bor di Jakarta yang terdaftar. Rinciannya, Jakarta Selatan 1.763 sumur, Jakarta Timur 1.082 sumur, Jakarta Barat 781 sumur, Jakarta Utara 481 sumur, dan Jakarta Pusat 696 sumur.
Jonan mengatakan, untuk di Jakarta, kebanyakan penggunaan air tanah berasal dari industri, terutama yang memiliki banyak buruh. Dia berharap pengendalian bisa dilakukan. Sebab jika tidak, penurunan permukaan tanah akan semakin dalam.
Tembok pemisah laut dan permukiman penduduk di Muara Baru, Jakarta Utara. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Kalau air tanahnya banyak diambil, masyarakat di sana tanahnya makin turun. Jangan sampai penggunaan air tanah ini tanpa perhitungkan dampak lingkungan, orang lain di sekitar kena dampak besar," lanjut Jonan.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan, dari ribuan jumlah sumur bor di Jakarta, kebanyakan di Selatan dan Utara. Selain penggunaan air tanah, Rudy mengatakan, ada dua alasan lain yang menyebabkan permukaan tanah turun yaitu beban bangunan berat di suatu wilayah sehingga lapisan di bawahnya turun. Lalu, natural konsolidasi tanah misalnya lempung atau pasir halus.
ADVERTISEMENT
"Yang bisa kita kontrol adalah pengambilan air tanah, pengaruhnya 20-30 persen. Kedua, beban bangunan sebab tumpuan bangunan itu sangat penting. Kalau alasan naturalnya sifat tanah enggak bisa kita kontrol," jelas dia.