Kain Pantai yang Mendunia dari Krajan

25 April 2019 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Sriyono, Pengrajin Kain Pantai Foto: Dok. Lembaga Pengelola Dana Bergulir
zoom-in-whitePerbesar
com-Sriyono, Pengrajin Kain Pantai Foto: Dok. Lembaga Pengelola Dana Bergulir
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Sukoharjo banyak pelaku UMKM yang sukses membangun usahanya setelah mendapat pinjaman bunga lunak dari LPDB melalui BPR Kartarsura Makmur. Salah satunya adalah Sriyono. Bakatnya dalam dunia seni batik telah mengantarkan Sriyono ke pintu gerbang kesuksesan dengan mengembangkan bisnis kain pantai. Pasarnya pun sampai tembus ke luar negeri, baik Asia maupun Eropa.
ADVERTISEMENT
Bisnis kain pantai Sriyono bermula saat dirinya masih bekerja sebagai buruh pembuat batik tulis di Kota Solo pada 1975. Kecintaannya dalam membuat batik telah membuat ilmu dan pengalamannya bertambah, terutama dalam hal teknik pewarnaan dan ornamen lukisan. Pada 1995 Sriyono memutuskan untuk berhenti bekerja dan mulai mencoba peruntungan membangun usaha sendiri dengan membuat kain pantai.
Di awal kariernya, Sriyono bekerja membuat kain pantai hanya ditemani sang istri. Kontrakan suami-istri ini berfungsi ganda, sebagai tempat tinggal sekaligus tempat produksi. Hanya bermodalkan pengalaman, Sriyono hanya mau membuat kain pantai jika ada pesanan dari orang lain dengan sistem down payment (DP). Baru dua tahun merintis usaha, ia sempat merasakan jatuh karena terkena dampak krisis moneter, di mana bahan baku kain putih sangat mengandalkan dari impor dan harganya tergantung pada mata uang Dolar Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Namun Sriyono tak mengenal kata menyerah. Tahun 2000 ia mencoba kembali membangun usahanya dengan mengajukan pinjaman dari BPR Kartasura Makmur. Uang pinjaman itu digunakan untuk membeli sebidang tanah dan bahan baku. Pelan-pelan bisnisnya terlihat semakin maju. Banjir pesanan pun tak terbendung lagi. Ia mulai merekrut karyawan. Awalnya hanya lima orang, namun jumlahnya terus bertambah dan kini sudah mencapai 30 orang. Rupanya keberadaan Sriyono telah membawa keberkahan tersendiri bagi warga di Desa Krajan, Kelurahan Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo
Sriyono adalah orang yang pertama kali membawa bisnis kain pantai ke Desa Krajan. Ia bahkan sudah banyak menularkan ilmu kepada warga sekitar untuk menekuni bisnis kain pantai. Desa Krajan kini dikenal sebagai tempatnya para pengrajin kain pantai.
ADVERTISEMENT
"Dulu waktu saya ke sini Desa Krajan masih sepi, saya bawa kain pantai ke sini, banyak orang tertarik dan ingin belajar. Jadi mereka yang sudah membangun usaha sendiri dulunya itu karyawan saya. Alhamdulillah kini Desa Krajan dikenal sebagai pusatnya kain pantai di Indonesia bahkan dunia," ujar Sriyono.
Sriyono juga menyadari dengan kemampuan yang terbatas, ia tidak mampu memenuhi semua permintaan pasar yang begitu tinggi, sehingga ia mengajak masyarakat setempat untuk belajar dan mencoba menekuni bisnis itu. Soal ilmu, Sriyono dikenal tidak pelit berbagi terhadap tetangga dan masyarakat. Ia bahkan dikenal sebagai seorang jenius meski hanya lulusan sekolah dasar. Melalui tangan dinginnya, Sriyono mampu menciptakan bahan atau obat mematikan warna sehingga warna kain yang dihasilkan tidak luntur. Kain pantai miliknya sangat berkualitas.
ADVERTISEMENT
Untuk memperkuat bisnisnya, Sriyono kembali mengajukan pinjaman ke BPR Kartasura Makmur sejumlah Rp 500 juta — Rp 300 juta untuk beli lahan dan Rp 200 juta untuk beli bahan baku. Diakui untuk mengelola bisnis kain pantai diperlukan lahan yang luas di area persawahan sebagai lokasi menjemur kain yang sudah diberikan pewarna. Cuaca panas juga tak kalah penting. Kini seiring berjalannya waktu, usaha Sriyono jauh lebih meningkat. Pria berusia 60 tahun ini sudah memiliki tanah seluas 5.000 meter persegi untuk dijadikan tempat usaha.
"Dalam sehari kita bisa menghasilkan empat ribu potong kain, itu pun kita belum bisa memenuhi semua permintaan pasar. Karena, produksi kain pantai ini juga dikirim ke Brazil, Argentina, Malaysia, Filipina, dan Cina. Untuk nasional kita juga kirim ke pasar Tanah Abang Jakarta dan Bali. Yang pasti produksi kain pantai Krajan paling banyak di dunia. Pekalongan, Yogyakarta sekarang sudah kalah, larinya pada ke sini," tandasnya
ADVERTISEMENT
Makmur Bersama UMKM
Kesuksesan Sriyono tak lepas dari peran BPR Kartasura Makmur dan LPDB-KUMKM. Menurut Indrayani Pribadi, Direktur Utama BPR Kartasura Makmur, kerja sama dengan LPDB-KUMKM berperan besar dalam meningkatnya performa bank yang dikelolanya, karena semakin banyak masyarakat yang mengajukan pinjaman bunga lunak ke BPR Kartasura Makmur. Jika menggunakan program reguler bunganya sebesar 1,2%. Namun begitu ada LPDB bunganya turun menjadi 0,85%.
Menurutnya, program LPDB-KUMKM telah banyak memberi manfaat dan keuntungan bukan hanya BPR tapi juga para pelaku UMKM.
"Kalau untuk nasabah keuntungannya jelas, dia bisa membayar kepada kami tidak seperti biasa, katakanlah dia biasanya membayar angsuran kepada kami Rp 5 juta. Dengan adanya LPDB bayarnya menjadi berkurang sebesar Rp 4,5 juta, sisanya Rp 500 ribu jadi bisa dibelanjakan untuk yang lain," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Ia melihat keberadaan LPDB-KUMKM sangat dibutuhkan masyarakat karena tidak ada bank manapun yang mau menawarkan pinjaman dengan bunga terendah seperti LPDB-KUMKM. Indrayani berharap LPDB-KUMKM bisa tambah maju dan berkembang dengan beragam inovasi dan layanan baru, sehingga bisa memudahkan ekonomi masyarakat.
Indrayani dan Sriyono juga menyampaikan terima kasih kepada LPDB-KUMKM. Karena melalui program bunga lunak, usaha mereka menjadi terbantu dan berkembang jauh lebih maju.
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir.