Kapal Pesiar Angkut 6.000 Wisatawan Batal ke Lombok Karena Sampah

11 Maret 2019 13:06 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah anggota  Polair Polda NTB mengangkat sampah dari laut saat aksi bersih pantai di Tanjung Karang, Mataram, NTB, Kamis (21/2). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah anggota Polair Polda NTB mengangkat sampah dari laut saat aksi bersih pantai di Tanjung Karang, Mataram, NTB, Kamis (21/2). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
ADVERTISEMENT
Tiga kapal pesiar yang totalnya mengangkut 3.500 wisatawan mancanegara, batal singgah di Lombok akibat dipicu masalah sampah. Padahal saat ini Lombok sedang memulihkan industri pariwisatanya, pascagempa yang mengguncang wilayah itu.
ADVERTISEMENT
General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Lembar, Erry Ardiyanto, mengungkapkan keberadaan sampah di destinasi wisata di Lombok, menjadi alasan pembatalan tersebut.
"Sudah tiga dari 26 kapal pesiar yang membatalkan. Alasan utama adalah proses pemulihan setelah gempa dan masalah sampah," katanya usai mengikuti upacara pelepasan peserta Ekspedisi Laskar Nusa 2019 di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (11/3).
Dia mengatakan, informasi pembatalan kunjungan tiga kapal pesiar tersebut diterima dari pihak agen kapal pesiar di Singapura. Masing-masing kapal pesiar mengangkut 1.500 hingga 2.000 wisatawan asing dari berbagai negara.
"Sampah di tempat wisata menjadi keluhan. Tapi isu sampah tersebut sudah kami tanggulangi," ujar Erry seperti dilansir Antara.
Ilustrasi Kapal Pesiar Foto: Wikimedia Commons
Namun pihaknya tidak bisa bekerja sendiri dalam upaya menanggulangi persoalan sampah, khususnya di destinasi wisata. Perlu dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pelindo Cabang Lembar sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata, dan tokoh-tokoh di NTB, khususnya yang berkaitan dengan dunia pariwisata.
"Upaya tersebut kami lakukan supaya ada kesadaran masyarakat untuk peduli dan mau menjaga lingkungan, baik untuk diri sendiri maupun tingkatan lebih luas nantinya," ucap Erry.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB, Dewantoro Umbu Joka, mengakui bahwa persoalan sampah dan toilet di destinasi wisata perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah setelah gempa.
Kota Tua Pantai Ampenan, Mataram, Lombok, Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Sampah menjadi perhatian itu benar. Jadi sebenarnya perlu pembenahan oleh pemerintah kabupaten/kota selaku pemilik destinasi wisata," katanya.
Menurut dia, meskipun wisatawan kapal pesiar hanya singgah satu hari di Pulau Lombok, namun kedatangan mereka tentu bisa memberikan dampak positif bagi pencitraan NTB sebagai daerah yang memiliki destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
"Jangan gara-gara sampah menjadi kendala. Itu masalah internal yang harus kita perbaiki bersama. Seharusnya sebelum wisatawan datang sampah sudah tidak ada dan toilet diperbaiki," ujar Dewantoro Umbu Joka.