news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Karyawan Garuda Beberkan Kerugian Perusahaan, Minta Perombakan Direksi

2 Mei 2018 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda (Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda (Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
ADVERTISEMENT
Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang tergabung di Serikat Bersama Karyawan Garuda atau Sekarga mengancam melakukan aksi mogok kerja. Aksi tersebut dipicu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Garuda pada bulan lalu yang dinilai tidak sesuai kondisi perusahaan.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Sekarga, Ahmad Irfan Nasution, mengatakan ancaman ini terkait hasil RUPS Garuda yang dinilai belum memenuhi tuntutan yang selama ini disuarakan. Justru, hasil keputusan RUPS belum memberikan harapan untuk memperbaiki kondisi perusahaan berkode emiten GIAA ini.
"Hasil RUPS tidak merepresentatif fitur Garuda Indonesia yang lebih baik. Kami karyawan/karyawati Garuda ingin menyampaikan kondisi keuangan perusahaan, membengkaknya jumlah direksi dan nilai terakhir saham GIAA," kata Irfan dalam konferensi pers di Pulau Dua Restauran, Jakarta, Rabu (2/5).
Ia menjelaskan selama ini telah terjadi banyak kegagalan di tubuh GIAA. Masih negatifnya kinerja keuangan GIAA sepanjang 2017 bukan tanpa sebab. Ia menuding kondisi ini akibat kegagalan manajemen.
Sepanjang 2017 GIAA menderita kerugian bersih (nett loss) USD 213,4 juta. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya Garuda untung USD 9,36 juta. Selain itu, Irfan menyebutkan terus turunnya nilai saham GIAA dari Rp 750 per saham dari 2011 menjadi Rp 292 per saham per 25 April 2018.
ADVERTISEMENT
Konpers Serikat Karyawan Garuda Indonesia. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Serikat Karyawan Garuda Indonesia. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Selain itu, ia juga mengungkapkan kegagalan GIAA terkait sistem penjadwalan crew yang diimplementasikan pada 2017 lalu. Pembatalan ini berakibat pada penundaan penerbangan yang masih seringn terjadi sampai saat ini.
"Ontime performance turun dari tahun 86,4% sekarang per 25 April minus 3,47%," katanya.
Selain itu, ia mengkritisi adanya posisi Direktur Kargo karena dinilai tidak diperlukan. Sebab, GIAA tidak memiliki pesawat khusus kargo (freughter aircraft). Justru, menurut Irfan adanya Direktur Kargo hanya meningkatkan biaya organisasi.
Selanjutnya, ia juga menilai Direktur Personalia dinilai banyak mengeluarkan aturan yang bertentangan dengan perjanjian kerja bersama (PKB) tanpa berunding dengan serikat pekerja.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Sekarga bersama Asosiasi Pilot Garuda (APG) mendesak manajemen GIAA segera merestrukturisasi jumlah Direksi GIAA dari 8 orang menjadi 6 orang. Sekarga juga mendesak pergantian direksi dengan mengutamakan profesional yang berasal dari internal GIAA.
ADVERTISEMENT
"Besar harapan kami pemerintah atau pemegang saham dapat memenuhi permintaan tersebut jika tidak dipenuhi, maka dengan berat hati kami di waktu yang tepat akan melakukan mogok," ujarnya.