Kata Bos Adaro Soal Film Sexy Killers: Kenapa Dikaitkan dengan Politik

15 Mei 2019 21:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, buka suara tentang film Sexy Killers besutan Watchdoc. Film dokumentasi ini mengangkat buruknya bisnis tambang batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, film tersebut harus dilihat secara menyeluruh dari berbagai sumber. Salah satu kritik dia adalah film tersebut dikaitkan dengan isu politik yang menurutnya tidak relevan dengan bisnis Adaro.
Misalnya, kata dia, dikaitkan Adaro dengan Erick Thohir yang merupakan adiknya yang juga merupakan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Capres dan Cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Dari penilaian itu, saya begitu melihat dihubungkan sama politik, urusannya apa tuh? Pak Erick Thohir setahun sekali juga enggak ke kantor saya. Satu, karena dia sibuk urusan sendiri. Enggak pernah ngurusin Adaro. Kalau sumber enggak jelas, ngapain?" kata Boy dalam acara di Sofia Gunawarman, Jakarta Selatan, Rabu (15/5).
Secara teknis, Boy mengakui bisnis tambang batu bara dan PLTU memiliki sisi negatifnya seperti masalah lingkungan. Tapi dia mengklaim saat ini sudah ada teknologi baru dalam penggunaan batu bara di PLTU yakni carbon capture technology.
ADVERTISEMENT
Boy mengklaim PLTU yang dibangun Adaro sudah menggunakan teknologi tersebut, yakni ultra super critical. Menurut dia, berdasarkan studi di Jepang, dengan teknologi tersebut polusi yang dihasilkan lebih baik dibandingkan polusi kendaraan bermotor.
Boy Thohir pada buka bersama 1000 anak yatim Foto: fanny Kusumawardhani/kumparan
Boy mengatakan, jika yang ditonjolkan hanya sisi negatif dan bisnis tambang batu bara ditutup, maka pasokan listrik ke PLTU akan terganggu. Kondisi tersebut menurut dia akan berdampak terhadap masyarakat untuk mendapatkan pasokan listrik.
"Kalau PLTU batu bara ditutup semua, listrik kita mana cukup. Energi terbarukan belum cukup. Kita mesti pikirin kepentingan nasional yang lebih besar. Adaro enggak mau mencederai juga. Jadi berpikir harus holistik," ucapnya.
Sebagai perusahaan besar, Boy menegaskan Adaro sangat terbuka atas kritik dalam film Sexy Killers. Tapi di sisi lain, batu bara juga menjadi komoditas penyumbang pendapatan negara bukan pajak.
ADVERTISEMENT
Bahkan, setoran negara dari ekspor batu bara jauh lebih besar ketimbang dari ekspor emas PT Freeport Indonesia.
"Semua ada zaman ada era. Amerika Serikat dan Eropa bisa ngomong (stop gunakan energi kotor) begitu, dulu 100 tahun lalu bagaimana? Kita bertahaplah pelan-pelan. Pada saatnya ya kita akan mendiversifikasi kan diri ke EBT. Tapi sampai saat ini, batubara still the cheaper cost of energy," ujarnya.