KEIN: TKA China Dibutuhkan untuk Kebut Proyek Smelter Nikel di Konawe

6 Mei 2018 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Imigrasi melakukan razia TKA (Foto: Dok. Imigrasi)
zoom-in-whitePerbesar
Imigrasi melakukan razia TKA (Foto: Dok. Imigrasi)
ADVERTISEMENT
Komite Energi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan akan terus mengawal kegiatan pengusaha dalam membangun dan mengembangkan industri di Tanah Air. Lembaga non struktural di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini pun siap membantu pengusaha untuk menyelesaikan kendala-kendala yang menghambat kegiatan pelaku usaha ketika dalam proses pembangunan.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang kini menjadi perhatian KEIN yakni pembangunan industri pengolahan nikel di Kawasan Industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara yang sedang dibangun oleh PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI). Perusahaan asal China tersebut akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) dengan kebutuhan investasi total mencapai USD 4 miliar.
Zulnahar Usman, Anggota KEIN sekaligus Ketua Kelompok Kerja Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) KEIN RI mengatakan, pada pekan ini pihaknya telah melakukan kunjungan kerja ke PT VDNI untuk memantau perkembangan pembangunan smelter sekaligus mendengarkan keluhan pengusaha akan hambatan di lapangan.
"Kami sudah berkunjung langsung di PT VDNI Morosi Konawe pada Rabu (2/5/2018) lalu. Sebelumnya, kami menerima banyak informasi bahwa di PT VDNI ini banyak masalah secara operasional, mengenai ketenagakerjaan dan ketersedian pasokan bahan baku. Kami ingin melihat secara langsung," kata Zulnahar, Sabtu, (5/5).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, informasi yang beredar yang menyatakan PT VDNI dibanjiri pekerja China tidaklah tepat. Sebab,dari hasil kunjungan KEIN tersebut diketahui jumlah pekerja lokal jauh lebih banyak. Yakni, jumlah tenaga kerja lokal mencapai lebih dari 2.970 orang, sedangkan pekerja asing sejumlah 398 orang.
Katanya, keberadaan tenaga kerja asing dalam pembangunan smelter di Konawe masih sangat diperlukan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan smelter. "Persoalan PT VDNI tentang isu tenaga kerja asing. Tetapi kami melihat tenaga kerja lokal masih jauh lebih banyak dari tenaga kerja asing, kami lihat tadi banyak tenaga kerja lokal," ujarnya.
Terkait jaminan pasokan bahan baku bijih nikel untuk kebutuhan smelter, Zulnahar mengatakan, PT VDNI akan memperolehnya dari perusahaan tambang lain di wilayah Sulawesi Tenggara, seperti dari Konawe Utara dan Konawe Selatan. Pasalnya, perusahaan ini hanya berinvestasi di sektor hilir, sehingga perlu komitmen pasokan dari penambang lokal di sektor hulu.
ADVERTISEMENT
KEIN sangat mengapresiasi PT VDNI yang meskipun tidak memiliki konsesi tambang nikel namun berani berinvestasi besar di sektor hilir. Hal ini tentu berdampak positif membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
"Kami apresiasi PT VDNI Morosi karena berani membangun pabrik pemurnian nikel, tapi mereka tidak memiliki lahan konsensi tambang. Tetapi nanti perusahaan lain yang akan membantu mensuplai bahan baku nikel untuk smelter," katanya.
PT VDNI berencana mengucurkan investasi dengan total nilai USD 4 miliar untuk pembangunan fasilitas smelter nikel yang akan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama, perusahaan ini akan membangun 15 tungku kapasitas 600.000 ton nikel pig iron (NPI) per tahun dengan investasi USD 1 miliar.
ADVERTISEMENT