Kenaikan Harga Minyak dan Dolar AS Pukul Maskapai Sewa dan Reguler

25 Oktober 2018 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maskapai Penerbangan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Maskapai Penerbangan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini terus memukul maskapai penerbangan lantaran cost untuk bahan bakar mengikuti dolar AS. Mengutip data perdagangan Reuters pada kamis (25/10), dolar AS menguat hingga menyentuh Rp 15.209. Selain dolar AS yang menguat, hal yang sama juga terjadi pada harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Ari Askhara, mengaku kondisi tersebut sangat memukul maskapai penerbangan baik yag terjadwal (reguler) maupun yang sewa (charter).
"Semuanya terpukul. Sewa atau milik, financial atau operating, itu masalah hanya di rentalnya aja. Tetapi kalau minyak, harganya semua kena. Rata-rata kontribusi 38 persen-40 persen dari struktur cost," ucapnya saat ditemui usai rapat tahunan INACA di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (25/10).
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Selain itu, Ari menambahkan khusus untuk maskapai charter pihaknya meminta agar tarif untuk yang digunakan untuk transaksi bahan bakar avtur menggunakan rupiah. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menekan cost pengeluaran.
"Khususnya untuk charter, kalau reguler kan kita terima rupiah. Untuk charter, dari perusahaan oil and gas, dan batu bara biasanya mereka dibayar dalam bentuk rupiah, padahal mereka based in dolar AS, cost mereka USD, (sehingga double kurs itu kena mereka)," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ari berharap kedepan akan ada komunikasi lebih dalam antara INACA dan pemerintah agar kondisi ini bisa segera disikapi dan ada tindak lanjutnya.
"Ke depan kita harus lebih banyak berkomunikasi. Jangan sampai menekan kita," pungkasnya.