Kenaikan Harga Tiket Pesawat Dongkrak Inflasi di November 2018

3 Desember 2018 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Boeing 787 Mengudara (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Boeing 787 Mengudara (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Laju inflasi selama November 2018 sebesar 0,27 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dan 3,23 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang terjadi inflasi sebesar 0,28 persen (mtm).
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi selama bulan lalu merupakan yang terendah dalam dua tahun terakhir secara tahunan. Pada November 2016, laju inflasi sebesar 3,58 persen (yoy) dan November 2017 sebesar 3,3 persen (yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, laju inflasi selama November ini sedikit di luar tren. Biasanya, pada November laju inflasi akan lebih tinggi dibandingkan Oktober, menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
"Karena posisi November agak tidak biasa dibanding November tahun sebelumnya, sekarang sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Jadi ini artinya bagus, harga-harga terkendali," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (3/12).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan inflasi terbesar yakni 0,56 persen dan andilnya sebesar 0,1 persen terhadap inflasi November 2018.
Konferensi pers BPS terkait laju inflasi bulan November 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers BPS terkait laju inflasi bulan November 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Beberapa komoditas utama yang menyebabkan inflasi kelompok tersebut yakni kenaikan tarif angkutan udara dengan andilnya sebesar 0,05 persen terhadap inflasi November 2018. Disusul oleh kenaikan harga BBM Pertamax, Pertamax Turo, Dexlite, Pertaminadex, dan biosolar. Selanjutnya kenaikan tarif pulsa internet juga menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
"Ini mendekati akhir tahun, banyak kegiatan antardepartemen dan Pemda menyebabkan kenaikan permintaan tiket pesawat, juga mendekati akhir tahun jadi mengalami kenaikan di 43 kota IHK, dan kenaikan tajam terjadi di Indonesia Timur seperti Ambon, Ternate, dan Sorong," jelasnya.
Selanjutnya, kelompok pengeluaran kesehatan mencatatkan inflasi sebesar 0,36 persen dan andilnya terhadap inflasi November 2018 sebesar 0,01 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mencatatkan inflasi sebesar 0,25 persen dan andilnya terhadap inflasi Novemeber 2018 sebesar 0,06 persen.
Untuk kelompok bahan makanan, terjadi inflasi sebesar 0,24 persen dan andilnya sebesar 0,05 persen. Hal ini lantaran adanya kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, utamanya bawang merah yang mengalami kenaikan harga di 74 kota IHK, tertinggi di Cirebon dan Aceh.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kenaikan harga beras sebesar 0,03 persen juga turut mendorong terjadinya inflasi bahan makanan. Disusul oleh telur ayam ras yang mengalami inflasi 0,01 persen.
"Kenaikan harga beras, tapi masih cukup terkendali. Harga beras naik tipis tapi sudah berikan andil inflasi 0,03 persen. Kita tahu bahwa bobot beras tinggi, jadi meskipun kenaikan tipis. tapi berikan andil 0,03 persen," kata dia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Sementara untuk kelompok makanan jadi, mengalami inflasi sebesar 0,2 persen dan andilnya sebesar 0,04 persen ke inflasi November 2018. Kenaikan terbesar terjadi pada rokok kretek filter yang mengalami inflasi 0,01 persen.
"Untuk perumahan inflasi 0,25 persen, sumbangannya 0,06 persen. Komoditas utama yang menyumbang inflasi itu adalah kenaikan upah tukang bukan mandor sebesar 0,02 persen, dan peningkatan beberapa bahan bangunan seperti besi beton, cat tembok, dan tarif sewa rumah masing-masing 0,01 persen," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, inflasi selama November 2018 lebih disebabkan oleh komponen harga yang diatur pemerintah atau administered price, yang mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dan andilnya 0,1 persen. Disusul oleh komponen pangan bergejolak yang mengalami inflasi 0,23 persen dan andilnya 0,04 persen. Serta inflasi inti sebesar 0,22 persen dan andilnya 0,13 persen.
"Inflasi tertinggi di administered price 0,52 persen, ini karena tarif angkutan udara yaitu tiket pesawat, bensin, dan rokok filter. Disusul inflasi bergejolak karena bawang merah dan beras, meskipin tipis tapi karena bobotnya tinggi dia masih sumbang inflasi," tambahnya.