news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kenaikan Suku Bunga Dinilai Resep Utama Redam Gejolak Rupiah

29 Juni 2018 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
zoom-in-whitePerbesar
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dari awal tahun ini, utamanya setelah bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% pada 13 Juni lalu.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada hari ini, Jumat (29/6), berdasarkan data Reuters rupiah sudah menyentuh level Rp 14.405/USD, melemah dibandingkan pembukaan sebelumnya di level Rp 14.271/USD. Sejak awal tahun ini rupiah melemah 4,6% terhadap dolar AS. Bahkan dalam seminggu ini rupiah juga melemah 1,5% terhadap dolar AS.
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga untuk meredam gejolak rupiah. Dia mengatakan kenaikan suku bunga bisa dilakukan hingga dua kali sampai ke level 5,5%, mengingat dolar AS akan terus perkasa terhadap rupiah hingga akhir tahun.
Kenaikan suku bunga acuan BI tersebut juga sebagai respons bank sentral atas Fed Fund Rate (FFR) yang masih akan menaikkan suku bunganya menuju normal mencapai 3%. Hingga Juni ini, FFR telah naik dua kali di level 1,75-2% dan diperkirakan kembali naik 25 bps pada September dan Desember mendatang.
ADVERTISEMENT
"Maka dapat dipastikan tidak ada lagi ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga, yang ada adalah menaikkan suku bunga," kata Piter Jumat (29/6).
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya memberikan sinyal kenaikkan suku bunga acuan di bulan ini jika rupiah kembali melemah. Artinya, jika BI hari ini jadi menaikkan suku bunga acuan 25 bps, maka level BI 7 day reverse repo rate menjadi 5%.
"Kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yg disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan. Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," katanya.
Selain instrumen kenaikan suku bunga, bank sentral juga melakukan beberapa langkah meredam amukan dolar AS, mulai dari menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate hingga intervensi ganda (pasar valuta asing atau valas dan SBN).
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Selama Mei 2018, BI bahkan telah menaikkan dua kali suku bunga acuan, masing-masing sebanyak 25 bps pada 17 dan 30 Mei. Dan hingga saat ini level suku bunga acuan BI sebesar 4,75%.
ADVERTISEMENT
Untuk intervensi rupiah, secara total BI juga telah mengucurkan Rp 15 triliun untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sejak awal tahun ini. Termasuk pada saat hari pertama beroperasi sejak libur Lebaran, bank sentral telah membeli SBN Rp 1,25 triliun di pasar sekunder untuk stabilkan rupiah.
Bank sentral juga memastikan likuiditas valas di perbankan tetap terjaga dengan cara melakukan lelang foreign exchange (fx) swap sebanyak tiga kali seminggu. Dengan likuiditas valas yang tercukupi, hal ini bisa meminimalisir permintaan dolar AS, sehingga rupiah bisa lebih stabil.
Perry mengatakan, sejumlah langkah tersebut masuk dalam langkah antisipatif yang dilakukan bank sentral, yakni preemptive (bersifat antisipasi), front loading (membeli SBN di depan sebelum risiko global melanda), serta ahead of the curve (menaikkan suku bunga sebelum kenaikan FFR).
ADVERTISEMENT