Kenapa Impor Barang Konsumsi Tinggi Tapi Pertumbuhan Melambat?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kok bisa impornya tinggi tapi pertumbuhan konsumsi melambat? Padahal dari 2016 ke 2017 justru minus 15%. Ada apa ini dalam setahun? Tadinya negatif kok jadi besar dan positif?" kata Bambang di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (21/2).
Menurut Bambang, kemungkinan jawabannya adalah kehadiran e-commerce. Dia menduga barang impor kemudian diperjualbelikan di e-commerce. Hal tersebut juga berkaitan dengan kepemilikan saham di perusahaan marketplace. Barang konsumsi yang paling banyak diimpor adalah pakaian dan peralatan rumah tangga.
"Ada indikasi kalau perusahaan dibeli asing maka akan naik impor barang konsumsi. Setahun dari 2017 ke 2018, terjadi juga kesuksesan market platform, sahamnya dibeli luar. Nah kemudian impornya naik," ujar Bambang.
ADVERTISEMENT
Dari fenomena tersebut, Bambang khawatir nantinya adalah barang domestik kalah saing dengan barang impor. Hal ini juga berdampak pada industri manufaktur yang bisa turun karena demand berkurang. Ujungnya dikhawatirkan akan menimbulkan pengangguran.
"Dampaknya dari online adalah banyak toko ritel tutup, online berjaya. Kita mesti lihat, bagaimana revolusi industri 4.0 berlangsung dan manfaatnya ada. Tinggal kita respons dengan tepat," katanya.