Kepala BKPM: Tahun 2019 Ekonomi dan Realisasi Investasi Akan Pulih

13 Februari 2019 10:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thomas lembong kepala BKPM. Foto: Anggi Dwiky Darmawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Thomas lembong kepala BKPM. Foto: Anggi Dwiky Darmawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sepanjang 2018, perekonomian dunia mengalami berbagai gejolak yang berdampak pada negara-negara, termasuk Indonesia. Isu perang dagang hingga pelemahan nilai tukar mata uang terjadi di periode tersebut.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, mengatakan selama 2018 perekonomian cukup babak belur. Namun dia mengaku optimistis tahun ini kondisi ekonomi akan jauh lebih baik.
“Kenapa saya cukup optimistis di tahun ini? Karena 2018 penuh distorsi sekali. Pilihan tema sunshine after the rain tepat sekali. Karena setiap kali ada penurunan cukup kenceng, ada recovery,” kata Thomas di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (13/2).
Thomas menjelaskan, banyaknya tekanan pada 2018 karena dunia gagal mengantisipasi kondisi ekonomi. Artinya ada perhitungan yang salah. Di awal 2018, semua pelaku bisnis dan regulator optimistis bahkan tidak mengira akan terjadi perang dagang.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China pun pecah, berdampak pada banyak negara. Di sisi lain, Bank Sentral AS juga makin agresif menaikkan suku bunga.
Gedung BKPM Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Akibatnya pasar modal Indonesia pun ikut terdampak. Tak hanya itu, Thomas mengakui tahun lalu merupakan kali pertama di pemerintahan Joko Widodo-JK, nilai investasi asing anjlok.
ADVERTISEMENT
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang 2018 turun 8,8 persen menjadi Rp 392,7 triliun. Sebelumnya realisasi PMA di 2017 tercatat Rp 430,5 triliun. Meski demikian menurut Thomas kondisi tersebut juga terjadi hampir di seluruh dunia.
“Sejalan di seluruh dunia, data PBB, PMA di seluruh dunia turun 20 persen. Di BKPM investasi seperti huruf U. Kuartal I, II turun baru ketiga dan keempat naik lagi,” ujarnya.
Thomas pun memprediksi bahwa 2019 merupakan tahun pemulihan. Hal tersebut sejatinya telah terlihat sejak kuartal IV 2018. Menurut dia, optimisme pelaku pasar mulai tumbuh.
“Di bulan ini kami mulai dialog dengan investor. Optimisme mulai kembali,” tandasnya.