Kepemilikan Saham untuk Karyawan Bisa Tingkatkan Kinerja Perusahaan

12 Februari 2018 7:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Karyawan Kantoran (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Karyawan Kantoran (Foto: thinkstock)
ADVERTISEMENT
Banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satunya dengan mengatur kepemilikan saham bagi karyawan sendiri atau yang dikenal Employee Stock Option Program (ESOP).
ADVERTISEMENT
Menurut analis ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, di Indonesia perusahaan yang menerapkan ESOP belum marak. Data terakhir di tahun 2002 menunjukkan baru ada 23 perusahaan publik dan 4 perusahaan tertutup yang sudah menerapkan ESOP.
Menurut dia, pemberian ESOP kepada karyawan merupakan hal positif sebab bertujuan memberikan keuntungan kepada karyawan berupa kepemilikan saham perusahaan. Pemberian saham ditentukan dari lama masa kerja karyawan, senioritas, serta kontribusi lainnya.
"ESOP dimulai dari perusahaan memanggil auditor untuk melihat berapa valuasi perusahaan. Bukan hanya aset, tapi faktor-faktor non material dimasukkan sebagai perhitungan. Jika sudah dapat valuasinya, maka bisa diputuskan berapa persen yang akan diberikan pada karyawan," kata Bhima pada kumparan (kumparan.com), Senin (12/2).
ADVERTISEMENT
Pemberian saham ini juga dapat dilakukan dengan dua cara, yakni perusahaan memberikan secara cuma-cuma alias gratis, atau perusahaan menjual saham di bawah harga pasar.
"Katakanlah setelah divaluasi auditor satu lembarnya Rp 1.000. Karena ini ESOP, perusahaan hanya menjual Rp 500 per saham ke karyawan. Ada banyak skemanya," ujar Bhima.
Di beberapa negara yang sudah masif menerapkan ESOP seperti Inggris, Amerika, dan Singapura, saham tersebut akan disimpan oleh karyawan hingga masa pensiun.
Nanti ketika karyawan tersebut pensiun, maka perusahaan akan melakukan buy back atau membeli kembali saham ESOP tersebut. Harga ketika buy back juga disesuaikan harga pasar saat karyawan pensiun.
"Ini yang akhirnya ibarat bonus. Harga saham saat pemberian ESOP misal Rp 1.000 per lembar, 10 tahun kemudian saat karyawan pensiun harga saham jadi Rp 5.000 per lembar," ujar Bhima. Jika perusaahan tersebut sudah melakukan IPO, maka karyawan punya kesempatan untuk menjual saham di bursa saham.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pemberian ESOP, keuntungan tidak hanya didapat karyawan, tapi juga perusahaan. Meski saham yang diberikan pada setiap karyawan tidak dalam jumlah yang besar, kebijakan ini dinilai efektif untuk meningkatkan loyalitas karyawan.
"Perusahaan akan selalu untung karena dia biasanya ngasih 5 lembar saham tapi kinerja karyawan akan meningkat. Karyawan akan merasa memiliki perusahaan. Lebih loyal, lebih berorientasi pada kinerja. Kalau perusahaan itu nantinya hits, karyawan akan bangga karena nilai valuasinya akan naik," ujar Bhima.
Menurut Bhima, sebenarnya ESOP ini bukan merupakan kewajiban sehingga karyawan boleh mengambil tawaran tersebut atau tidak. Namun, ESOP adalah tawaran positif sehingga ada baiknya karyawan mengambil.
"Bahkan banyak karyawan berebut untuk ambil ini. Jadi enggak ada salahnya," ujar Bhima.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Bhima tidak menampik program ESOP juga memiliki kelemahan. Sebab, tidak ada kepastian di kemudian hari harga saham akan naik atau justru mengalami penurunan.
Jika perusahaan tersebut bermasalah atau harga saham jatuh saat karyawan pensiun, maka karyawan akan kehilangan keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan.
"Meskipun enggak rugi juga, apalagi kalau dari awal ESOP nya gratis. Tapi dari pengalaman, memang belum ada yang mengkaji secara spesifik tentang benefit sesungguhnya yang diterima karyawan dari ESOP ini," ujar Bhima.