Kesiapan Pasokan Listrik di Calon Ibu Kota Baru

2 September 2019 9:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU Teluk Balikpapan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PLTU Teluk Balikpapan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua kabupaten di Kalimantan Timur, yakni Kutai Kartanegara (Kukar) dan Penajam Paser Utara, telah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai lokasi ibu kota baru pengganti DKI Jakarta. Infrastruktur dasar untuk ibu kota baru harus segera dipersiapkan. Salah satunya adalah kelistrikan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kondisi pengelolaan listrik di lokasi ibu kota baru yang menggantikan Jakarta tersebut?
Ada Daerah yang Belum Teraliri Listrik
Rasio elektrifikasi PLN di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara ternyata masih perlu ditingkatkan karena belum mencapai 100 persen.
Di Penajam Paser Utara, rasio elektrifikasi PLN 98,4 persen, artinya ada 1,6 persen wilayah yang belum dijangkau PLN. Kemudian di Kutai Kartanegara, rasio elektrifikasi PLN sebesar 91 persen alias masih ada 9 persen wilayah yang belum dimasuki PLN.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra), Djoko Dwijatno berjanji akan segera mengecek wilayah-wilayah yang belum tersentuh jaringan PLN itu. Menurutnya, sebetulnya wilayah-wilayah itu sudah berlistrik juga, tapi bukan dari PLN.
ADVERTISEMENT
"Di pinggir-pinggir Penajam Paser Utara, PLN belum masuk. Tapi mereka sudah dapat listrik dari swadaya atau swasta. Kukar baru 91 persen. Saya belum cek, mungkin itu daerah-daerah yang jauh," kata Djoko saat ditemui di Kantor PLN UIW Kaltimra, Balikpapan, Kamis (29/8).
PLTU Teluk Balikpapan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Kesiapan listrik di Kaltim
Kelistrikan di Kalimantan terdiri dari 2 sistem jaringan, yaitu Sistem Khatulistiwa dan Sistem Kalimantan (interkoneksi antara sub sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Tengah, dan sub sistem Mahakam di Kalimantan Timur).
Secara total, Kalimantan memiliki cadangan daya sebesar 331 Megawatt (MW). Daya mampu mencapai 1.778 MW dengan beban puncak 1.446 MW. Surplus tersebut masih akan terus bertambah, di tahun ini saja bakal ada tambahan 400 MW.
ADVERTISEMENT
Maka menurut PLN, tak perlu khawatir kekurangan listrik jika ibu kota dipindah ke Kalimantan. BUMN kelistrikan ini diuntungkan juga kalau ibu kota pindah. Sebab, surplus listrik di Kalimantan jadi terserap.
"Kondisi hari ini (kelistrikan Kalimantan) surplus 30 persen. Tahun ini masuk 2 IPP (Independent Power Producer/produsen listrik swasta) yaitu TPI (Tanjung Power Indonesia) dan SKS. Masing-masing (kapasitas pembangkit IPP) 2 x 100 MW. Jadi enggak usah khawatir kekurangan listrik di Kalimantan," kata Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon Masri, beberapa waktu lalu.
Dengan tambahan 400 MW pada tahun ini, cadangan daya listrik yang tak terpakai bakal mencapai lebih dari 700 MW. Lalu pada 2020, ada tambahan lagi sebanyak 400 MW dari 2 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Cadangan daya bakal jauh di atas 30 persen.
ADVERTISEMENT
Bahkan berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, total tambahan pembangkit listrik di Kalimantan mencapai 4.324,8 MW hingga 2028.
"Tahun depan (2020) masuk lagi 200 MW dari IPP Bontang Lestari. Dua tahun ke depan ada tambahan 800 MW. Kalau sampai 2028, kita bangun 4.000 MW lagi," papar Machnizon.
Rasio Elektrifikasi PLN di Kalimantan per Desember 2018 mencapai 90 persen. Artinya, hanya 10 persen wilayah di Kalimantan yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN.
Menteri ESDM Pastikan Pasokan Listrik Aman
Ketika banyak yang mempertanyakan soal pasokan listrik di ibu kota baru apakah aman, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan berdasarkan perhitungannya, pasokan listrik di sana sudah mencukupi.
Menurut dia, rencana awal sebanyak 200 ribu Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan pindah ke ibu kota baru. Kemudian jumlah ASN tersebut ditambah orang penunjang, sehingga totalnya mencapai 500 ribu.
ADVERTISEMENT
"Orang tanya sanggup enggak? Pasti sanggup. Rencana awal ASN pindah kira-kira 180 ribu, anggaplah 200 ribu. Kalau 200 ribu itu suporternya berapa, kira-kira kegiatan penunjang atau rumah tangga penunjang berapa?" jelasnya.
“Misal rumah tangga penunjang kali 2,5 aja, total itu, misal 500 ribu rumah atau hunian plus kantor sanggup enggak, ya sanggup," katanya.
PLN Harus Kerja Keras Agar Listrik Tidak Padam
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra), Djoko Dwijatno mengungkapkan bahwa banyak infrastruktur baru yang perlu dibangun. Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) pun perlu dirombak untuk disesuaikan dengan kebutuhan ibu kota baru.
Misalnya untuk Gardu Induk (GI), saat ini kapasitas terpasang GI yang ada hanya 450 MVA. Sementara kebutuhan daya untuk ibu kota diprediksi mencapai 1.555 MW, jelas GI yang ada belum memadai. Kapasitas GI harus ditambah hingga 1.300 MVA. Sedangkan dalam RUPTL yang sudah ada, baru direncanakan tambahan GI sebesar 90 MVA.
ADVERTISEMENT
"Masih ada waktu 4 tahun untuk persiapan. Total ada 19 GI dan 40 trafo di Kaltim, di dekat ibu kota ada 5 gardu. Dari 5 itu kapasitasnya 450 MVA. Kebutuhan listrik ibu kota 1.500 MW," ujar Djoko saat ditemui media di Kantor PLN UIW Kaltimra, Balikpapan, Kamis (29/8).
Untuk mencegah pemadaman listrik di ibu kota baru, keandalan jaringan dan pembangkit listrik perlu mendapat perhatian. Saat ini pasokan listrik ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara hanya bergantung pada satu jalur transmisi. Jika terjadi gangguan pada jalur tersebut, sudah pasti mati listrik.
Kemudian soal pembangkit listrik, saat ini 18 persen pasokan untuk wilayah Kaltimra berasal dari PLTU Teluk Balikpapan 2 x 110 MW yang merupakan warisan dari Fast Track Program (FTP) I. Sudah bukan rahasia lagi kalau pembangkit-pembangkit yang berasal dari FTP I punya kekurangan dalam hal kualitas.
PLTG Sambera di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Ada 2 Pembangkit Listrik Penopang di Ibu Kota Baru
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan untuk mengunjungi 2 pembangkit listrik yang saat ini menopang Kalimantan Timur. Yang pertama adalah PLTU Teluk Balikpapan 2 x 110 Megawatt (MW). Sesuai namanya, lokasinya ada di Teluk Balikpapan. Di seberang PLTU ini tampak Penajam Paser Utara.
Dengan total kapasitas yang mencapai 220 MW, PLTU Teluk Balikpapan adalah pembangkit listrik terbesar di Kalimantan untuk saat ini. Sekitar 18 persen pasokan listrik untuk Sistem Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) berasal dari pembangkit ini.
"PLTU Teluk Balikpapan 2 x 110 MW adalah yang terbesar di Kalimantan," kata Manajer Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Balikpapan, Yuskar Radianto, saat ditemui di PLTU Teluk Balikpapan, Rabu (28/8).
PLTU Teluk Balikpapan juga merupakan pembangkit yang paling dekat dengan ibu kota baru. Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik dari pembangkit ini hanya sekitar Rp 800 per kWh.
ADVERTISEMENT
Beroperasi sejak 2017, PLTU Teluk Balikpapan merupakan warisan dari Fast Track Program (FTP) I. Bukan rahasia lagi, pembangkit-pembangkit listrik dari FTP I umumnya punya kekurangan dalam hal kualitas. Karena itu, PLTU Teluk Balikpapan perlu ditingkatkan keandalannya agar dapat menjamin pasokan listrik ke ibu kota.
"Pasti jadi perhatian kami karena PLTU ini paling dekat ibu kota. Akan kami tutup kekurangannya," tegas Yuskar.
Pembangkit listrik kedua yang dikunjungi kumparan adalah PLTGU Tanjung Batu di Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara. Pembangkit yang hanya berjarak 200 meter dari Sungai Mahakam ini terdiri dari 2 Plant, salah satunya sudah beroperasi sejak 1996 alias 22 tahun lalu. Sedangkan satu lagi beroperasi sejak 2013, masih berusia 5 tahun.
ADVERTISEMENT
PLTGU Tanjung Batu merupakan pembangkit untuk Peak Load, yakni pembangkit yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan listrik saat beban puncak. Saat beban sedang rendah pada pagi hingga siang hari, PLTGU Tanjung Batu hanya memasok sekitar 18 MW.
Ketika beban puncak pada jam 5 sore sampai 10 malam, pembangkit ini memasok sekitar 140 MW. Bahkan kadang beroperasi penuh hingga 220 MW.
Manager PLTGU Tanjung Batu, Ghani Wahyu Nugroho, mengakui bahwa menjaga performa pembangkit listrik yang sudah sepuh ini tak mudah. Pihaknya harus memutar otak untuk merawat PLTGU Tanjung Batu. Sebab, suku cadangnya sudah sulit diperoleh.
"Harapan kami pembangkit ini bisa beroperasi sampai kiamat, kita overhaul begitu performa turun. Suku cadangnya dari Inggris. Untuk dapat yang kualitas sama, kami berusaha cari. Kalau enggak dapat di Inggris, kami cari di Korea Selatan," ia menuturkan.
ADVERTISEMENT