Ketika Revolusi Industri 4.0 Harus Dihadapi Sektor Pembangkit Listrik

25 Maret 2019 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruang REMDO (Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic, and Optimization) di kantor pusat PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Surabaya, Jawa Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ruang REMDO (Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic, and Optimization) di kantor pusat PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Surabaya, Jawa Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Era industri 4.0 kini sudah merambah ke semua lini, dari sektor keuangan sampai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Persaingan antar perusahaan semakin ketat dan menuntut efisiensi operasional harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Salah satu industri ketenagalistrikan di Indonesia yang sudah mulai menerapkan digitalisasi adalah PT Pembangkit Jawa Bali atau PJB. Anak usaha PT PLN (Persero) ini menerapkan digitalisasi dalam proses pemantauan pembangkit listrik.
PJB memiliki sistem REMDO (Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic, and Optimization). Sistem tersebut tersambung secara online dan real time ke seluruh pembangkit listrik yang dikelola PJB.
"Sistem REMDO ini kami design untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Dengan sistem ini kami bisa memantau secara real time kondisi pembangkit dari jarak jauh," kata Direktur Operasi PJB, Sugiyanto, dalam media Gathering PJB di Surabaya, akhir pekan lalu.
Saat mengunjungi ruangan REMDO yang berada di kantor pusat PJB di Surabaya, Jawa Timur, terlihat banyak monitor dan beberapa pekerja tengah memantau sistem pergerakan pembangkit listrik. Dengan adanya monitoring secara online tersebut, bisa segera dilakukan langkah preventif untuk mengantisipasi kendala.
ADVERTISEMENT
Sugiyanto mengatakan, dengan sistem REMDO, para teknisi PJB dapat mengawasi 15 pembangkit yang dikelola perusahaan dari engineering center yang terletak di kantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.
Dari engineering center tersebut, para teknisi PJB bisa memberikan saran ke teknisi di masing-masing pembangkit untuk mengatasi masalah yang terjadi di lapangan sehingga keandalan pembangkit meningkat.
Dengan adanya sistem tersebut, PJB mengklaim bisa melakukan efisiensi di beberapa PLTU yang menjadi proyek percontohan. Adapun sebelum diterapkan sistem advance analysis, REMDO menggunakan sistem manual analisis terlebih dahulu untuk memasukkan data-data.
Menurut Sugiyanto, dengan sistem tersebut PJB mampu bersaing dengan pembangkit baru yang lebih canggih dan efisien. Sebab, selain efisiensi dari sisi biaya operasional, keandalan mesin juga bisa terus dijaga. Menurut dia, efisiensi bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap pekannya setelah diterapkan sistem tersebut.
Ruang REMDO (Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic, and Optimization) di kantor pusat PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Surabaya, Jawa Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Tak hanya PJB, anak usaha PLN lainnya, PT Indonesia Power, juga menerapkan sistem online di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Grati di Pasuruan, Jawa Timur, juga menerapkan hal serupa.
ADVERTISEMENT
Pembangkit yang memiliki tiga blok dengan kapasitas 3 x 450 megawatt (mw), ini juga menerapkan sistem digital dalam pemantauan kinerja pembangkit. Ada ruangan khusus yang bisa memonitor seluruh pergerakan pembangkit di PLTGU Grati.
"PLTGU Grati saat ini standby untuk cadangan pasokan listrik. Kami terapkan digitalisasi untuk tetap mampu menjaga keandalan pembangkit," kata General Manager PLTGU Grati, Mulyadi.
Dengan diterapkannya sistem online tersebut, Mulyadi mengatakan seluruh unit pembangkit terkoneksi dan bisa dipantau secara digital oleh unit monitoring. Dengan demikian, kata dia, langkah preventif untuk menjaga keandalan mesin bisa dilakukan secara maksimal.
"Era industri 4.0 ini menuntut untuk dilakukan terobosan demi menjaga efisiensi pasokan listrik dari pembangkit," ujarnya.