Kilas Balik Tol Bocimi: Mangkrak 18 Tahun dan Diresmikan Jokowi

1 Desember 2018 19:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pengendara melintas di Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi I yang belum beroperasi di Ciawi, Bogor. (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pengendara melintas di Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi I yang belum beroperasi di Ciawi, Bogor. (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
Jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) akhirnya diresmikan Presiden Joko Widodo hari ini. Ternyata, jalan tol yang punya pemandangan cukup apik ini memiliki sejarah panjang hingga akhirnya bisa mulai dibangun. Selama 21 tahun, tol yang nantinya bakal memiliki panjang 54 km ini mangkrak dan gonta-ganti investor.
ADVERTISEMENT
Lelang investasi jalan tol ini telah ditetapkan sejak tahun 1997. Namun, tanda tangan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) oleh Konsorsium Bukaka Teknik Utama baru dilakukan pada 2007, alias 10 tahun sejak penetapan pemenang.
Konsorsium saat itu memiliki komposisi PT Bukaka Teknik Utama sebesar 35 persen, PT Graha Multitama Sejahtera 32,5 persen dan PT Karya Perkasa Insani menguasai 32,5 persen saham PT Trans Jabar Tol, pengelola Jalan Tol Bocimi. Meski PPJT sudah diteken, namun pekerjaan konstruksi tidak kunjung dikerjakan. Selang 4 tahun atau tepatnya 2011, groundbreaking baru dilakukan. Namun lagi-lagi pekerjaan konstruksi tak kunjung dimulai.
Malahan pada tahun tersebut terjadi perubahan struktur pemegang saham. Grup Bakrie menjadi pemegang saham pengendali atas PT Trans Jabar Tol. Komposisi pemegang saham kala itu adalah Bakrie Toll Road 60 persen, PT Marga Sarana Jabar 25 persen dan PT Bukaka Teknik Utama 15 persen. Dengan pemegang saham baru, groundbreaking kedua tol Bocimi dilakukan pada Desember 2011. Namun, konstruksi tol Bocimi tetap saja tidak berjalan.
Jalan Tol Bocimi. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Tol Bocimi. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Selang tiga tahun atau 2014, Grup MNC mengakuisisi PT Bakrie Toll Road yang merupakan anak usaha Grup Bakrie yang menguasai 5 ruas jalan tol termasuk Bocimi. Bakrie Toll Road pun berganti nama menjadi MNC Toll Road. Sejak saat itu, penguasaan tol Bocimi secara resmi berpindah tangan dari Grup Bakrie ke Grup MNC. Pascapengambilalihan, Grup MNC menargetkan groundbreaking ketiga bisa dilakukan pada awal 2015. Namun, hal itu tak juga dilakukan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya pada 2015, pemerintah melakukan negosiasi untuk mengambilalih kepemilikan jalan tol. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) melalui anak usahanya Waskita Toll Road secara bertahap mengambil alih kepemilikan jalan tol-jalan tol yang dikuasai MNC Toll Road. Pengambil alihan dilakukan dengan cara membentuk perusahaan patungan antara MNC dan Waskita yang diberi nama MNC Trans Jawa Toll Road. Terakhir, saham MNC Trans Jawa Toll Road diakuisisi sepenuhnya oleh Waskita Toll Road sehingga anak usaha BUMN ini menjadi pemilik utama sejumlah jalan tol termasuk tol Bocimi.
Tak berlama-lama, pada Februari 2015, groundbreaking dilakukan untuk konstruksi seksi I jalan tol Bocimi dengan rute Ciawi-Cigombong. Groundbreaking kali ini menjadi groundbreaking terakhir karena sejak saat itu, pekerjaan fisik jalan tol mulai benar-benar menunjukkan wujudnya. President Direktur PT Waskita Karya (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Putra tidak menampik bahwa Tol Bocimi punya sejarah yang panjang dan melelahkan. Namun dirinya mengaku enggan mengungkit hal tersebut. Menurutnya, sejak awal Waskita berhasil mengambil alih proyek ini, pihaknya berupaya maksimal untuk melakukan percepatan pembangunan.
ADVERTISEMENT
“Saya enggak mau ngomongin yang itu. Pokoknya begitu Waskita dapat, kami kerjakan. Gitu aja,” ungkap Putra kepada kumparan, Sabtu (1/12).
Menurut Putra, ketika mendapatkan tongkat estafet untuk melakukan percepatan pembangunan ini, dirinya berfokus pada satu hal, yaitu koordinasi. Tak main-main, Putra mengatakan pihaknya harus bisa berharmonisasi dengan empat kementerian sekaligus.
“Kuncinya koordinasi. Kami koordinasi dengan Kementerian PUPR, BUMN, ATR dan KLHK,” ujarnya.
Menurut Putra ada tiga faktor penting dalam pembangunan sebuah infrastruktur khususnya jalan tol. Pertama dari sisi legal atau hukum. Dalam proyek Tol Bocimi, Waskita telah mendapat konsorsium sejak 2015. Kedua adalah soal teknis.
“Kalau teknis kami kuasai lah. Engineer Indonesia itu bagus, enggak masalah,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan faktor ketiga adalah pembebasan tanah. Putra tidak menampik bahwa faktor ini seringkali menjadi kendala. Namun menurutnya hal tersebut wajar dalam sebuah pembangunan. Nantinya, jika jalan tol selesai dibangun, Putra optimistis bahwa masyarakat jugalah yang akan diuntungkan. Untuk keseluruhan tol Bocimi ini, Putra mengaku seksi I dan II juga masih terganjal pembebasan lahan. Namun, jika faktor ini bisa selesai, maka pembangunan bisa segera dikebut.
“Kalau masalah tanah ini selesai pertengahan tahun 2019 aja, hanya satu tahun kita butuh. Enggak lebih. Tapi tanah harus selesai. Nanti kami percepat bagaimana tanah bisa bebas,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Tol Bocimi terdiri atas empat seksi dengan panjang ruas 54 km. Setelah seksi I, tol Bocimi berlanjut di seksi II sejauh 11,9 km, menghubungkan Cigombong-Cibadak. Seksi III menghubungkan Cibadak-Sukabumi Barat sejauh 13,7 km. Kemudian seksi IV menghubungkan Sukabumi Barat-Sukabumi Timur sepanjang 13,05 km.
ADVERTISEMENT