Kisah Arthur, Pemuda Jepara Pelaku Ekspor Mebel Bermodalkan Rp O

14 September 2018 7:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peningkatan ekspor mebel (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Peningkatan ekspor mebel (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
ADVERTISEMENT
Modal acapkali jadi hal penting yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah bisnis. Apalagi, jika pengusaha itu berniat mengembangkan sayap ekspansi hingga ke luar negeri. Tapi, apa jadinya jika ternyata bisnis ekspor bisa diterapkan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun alias Rp O?
ADVERTISEMENT
Bisa kok! Arthur Muhammad, buktinya. Pemuda asal Jepara, Jawa Tengah itu kini memiliki sebuah brand bisnis bernama Kokean Furniture yang telah melayani ekspor ke lebih dari 5 negara. Seperti, Australia, Dubai/Abu Dhabi, Belanda, Jerman hingga yang terbaru ke wilayah Israel.
Nah, penasarankan gimana bisa Arthur mengembangkan bisnis mebel yang ia rintis bersama istrinya sejak 2012 itu? Yuk, simak kisah menariknya!
Pahitnya kegagalan hingga dililit utang, ialah pemicu Arthur kala itu untuk merintis usaha yang kini memberinya omzet mendekati Rp 1 miliar per tahun. Dari omzet itu, Arthur bisa memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 250 juta hingga 300 juta.
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
"Saya nikah 2011. Coba peruntungan ABC gagal terus dan banyak utang waktu itu. Utang Rp 12 juta, untuk melunasi waktu itu emang enggak bisa sama sekali karena enggak ada sumber pendanaan," ujar Arthur kepada kumparan (13/9).
ADVERTISEMENT
Arthur berkisah, jika ia pernah menjalankan berbagai usaha yang sempat tak membuahkan hasil. Mulai dari menjual merchandise kaos band lokal hingga membuka kedai kopi yang tak ia sangka kemudian memberinya inspirasi nama Kokean (bahasa jawa: kelebihan) yang kini ia jadikan merek mebel yang ia pasarkan itu.
"Kokean kopi itu kebetulan dapat sumber. Sampelnya 1 kg, dari pada enggak keminum lebih baik kujual. Nah, cari nama itu susah. Yaudah, karena ini kokean ya saya namakan kokean kopi. Sebenarnya sempat mau diubah bukan kokean untuk mebel, tapi istri terlanjur masang di google," katanya.
Menurut Arthur, perjalanan merintis usaha di bidang mebel pun berawal dari iseng dan tak diduga. Yaitu, terjadi ketika ia dimintai tolong tetangga yang memiliki usaha mebel untuk memasarkan produknya di internet.
ADVERTISEMENT
"Kalau dibilang enggak sengaja, datang memfoto dan di-upload di beberapa e-commerce yaudah ada order terus aku sampaikan pengrajin aku bilang ngambil untungnya berapa," sambungnya.
Tak lama berselang, gayung pun bersambut. Arthur mendapatkan pembeli pertama yang datang dari Tangerang yaitu membeli satu set sofa yang ia banderol Rp 9 juta dengan waktu pengerjaan sekitar 30-40 hari.
"Besar untungnya Rp 500.000 harganya Rp 8,5 juta saya jual Rp 9 juta," akunya.
Melihat sambutan baik yang muncul, Arthur pun kian masif mengembangkan strategi bisnisnya. Ia lantas mulai aktif bersosial media seperti lewat forum jual-beli Kaskus hingga mulai menawarkan mebelnya dengan membidik pasar luar negeri.
"Aku tiap malam sama istri bagi tugas, kita stalking website luar kita nyari di informasi di website dapat kontak dan sebagainya, baru kita implementasikan kirim katalog, dan kita tampilan email WA gitu untuk mereka bisa menghubungi," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Justru banyaknya mereka untuk pemakaian langsung, dia enggak dijual lagi, entah itu website yang kayaknya membutuhkan furnitur, misalnya Wedding Organizer dari Australia tuh, butuh properti untuk mengisi kebutuhan dia. Ini juga yang lagi dikejar studio TV, yang di Indonesia kayak talk show gitu, tapi di luar," ucapnya melanjutkan.
Untuk proses memperkenalkan produk hingga tahap deal transaksi, Arthur mengatakan setidaknya butuh waktu sekitar 2-6 bulan menjalin komunikasi dengan pembeli baru. Tekniknya, Arthur memang hanya bertindak sebagai pemasar yang menghubungkan antara pengrajin dengan pembeli yang berminat.
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
"Ada 4 pengrajin yang kerja sama, jadi pembeli yang tertarik bisa meng-custom produk mebel sesuai selera mulai dari bahan dan model, lalu kita rinci harganya, nanti kalau deal nanti dikerjakan pengrajin," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Adapun kisaran harga yang dipatok untuk Kokean Furniture di antaranya bahan kayu jati yang terdiri dari 3 kelas seperti grade A, B dan C.
"Misalnya satu set kursi makan yang grade A yang biasanya di resto dijual Rp 300.000-Rp 500.000, grade B bisa Rp 150.000-Rp 300.000 dan grade C seharga Rp 100.000-150.000 untuk satu kursi," ucap pemuda lulusan S1 Manajemen itu.
Tak hanya bahan, besaran harga juga bakal disesuaikan dengan tingkat kerumitan produk. Semakin rumit dan otentik, maka harga yang dipatok pun bisa lebih besar.
"Produk yang paling mahal, sofa, saya pernah kirim ke Belanda sofa L, sebetulnya tidak mahal juga, paling sekitaran Rp 15 juta, pemilihan kayu dan anyaman kulit rotan tidak pada umumnya, Indonesia suka yang rapat kalau di luar sana suka yang renggang," katanya lagi.
ADVERTISEMENT
Rata-rata Arthur mengambil keuntungan sebesar 20-30 persen dari pembeli luar negeri dibandingkan harga dari pengrajin. Sementara untuk pembeli lokal, biasanya Ia menawarkan dengan harga yang lebih murah.
"Saya menyadari pasar lokal dengan penawaran hargaku pasti enggak mau. Karena apa? Pertama bersaing, orang mencari harga murah pun pasti bisa. Kedua, mereka itu menganggap tenaga itu seharusnya enggak semahal itu. Sedangkan orang luar, mengapresiasi justru," kata Arthur.
Selain orisalinitas yang menyesuaikan selera pembeli, kekuatan bisnis Arthur adalah strategi pemasarannya membidik pasar potensial dari luar negeri. Pasalnya, selain valuta asing yang ia dapatkan menurutnya pembeli lebih luar negeri lebih royal.
"Makanya, saya di twitter itu cerita ketika bakti sosial berbagi donasi, kemudian kantor pajak kalau bisa itu difoto karena bisa jadi penawaran kepada buyer. Dan buyer luar, itu rata-rata mengapresiasi semacam itu. Oh yaudah, mereka gak nawar produk tapi minta ingin donasi melalui produk saya," lanjutnya.
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Arthur, Pemuda Jepara pelaku ekspor mebel bermodalkan Rp 0. (Foto: Dok. Istimewa)
Diketahui, jika Arthur memang gemar melakukan aktivitas sosial bagi masyarakat sekitar. Dari keuntungan yang ia dapat, ia senantiasa menyisihkan untuk membantu orang lain.
ADVERTISEMENT
"Paling melihat tetangga sini, janda-janda. Istri selalu nanya, satu RT ini ada berapa sih yang fakir, yatim, gitu. Jadi gini, kita kan muslim kita ada kewajiban zakat 2,5 persen. Misalnya ada omzet Rp 100.000.000 kan lumayan Rp 2.500.000," tegas Arthur.
Sementara itu, sejak viralnya cuitan Arthur di twitter sebagai pebisnis ekspor bermodal Rp 0, ia mengaku hanya melihatnya hanya sebagai keberuntungan.
"Aku ngerasa ini cuma hoki, tuhan kasihan sama saya, aku enggak menganggap sebagai prestasi. Justru aku merasa sosmed punya kekuatan, aku engak pingin muluk-muluk, justru karena ini banyak yang curhat, saya seneng itu tiap malam balasin DM," pungkasnya.