Kisah Pengemudi Angkot Online Bekasi yang Kini Berpenghasilan Tetap

4 Mei 2019 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengalaman Menjajal TRON, angkot online di kota Bekasi, Jumat (3/5). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengalaman Menjajal TRON, angkot online di kota Bekasi, Jumat (3/5). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hadirnya angkot di era kini, ibarat pepatah ‘hidup segan mati pun tak mau’. Maraknya transportasi online, tak dipungkiri kian menggusur angkutan yang pada masanya pernah jadi primadona bagi warga kota.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi tersebut, kabar baik datang dari kota Bekasi. Pemerintah menggandeng startup TRON (Teknologi Rancang Olah Nusantara) untuk menghidupkan kembali angkot yang lambat laun terancam gulung tikar.
Ialah Totok, salah seorang pengemudi angkot online Bekasi, TRON, yang sejak sebulan lalu telah mengangkut penumpang di trayek K11A yaitu dari Terminal Bekasi hingga Guci Medika.
kumparan menjumpai Totok saat ia mengemudikan angkot online yang dipesan melalui aplikasi TRON pada Jumat (3/5).
Pria berusia paruh baya itu menceritakan perjalanan hidupnya yang telah bertahun-tahun jadi pengemudi angkot. Pasang surut menekuni profesi itu pun Ia katakan tak mudah.
Ada masa ketika angkot masih diminati banyak orang, tapi tiba juga ketika masyarakat mulai perlahan meninggalkan. Utamanya, sejak mulai adanya transportasi online.
ADVERTISEMENT
Perkara itu, Totok mengatakan pernah mengakalinya dengan pindah-pindah trayek. Berharap, ia mendapati tempat ramai agar bisa tetap menggaet penumpang.
"Dulu saya jadi hancur, saya narik K25 itu yang dari Setia Kawan Pulo Gebang. Di situ 25 lama-lama juga hancur juga, saya lalu pindah ke 05A. Kranji Galaksi, di sana lima bulan kok sama, wah semakin hancur nih, saya capek-capek cuman segini juga,” katanya kepada kumparan, di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/5).
Masalah tak berhenti di situ, keputusan Totok bertahan narik angkot pun bukan tanpa konsekuensi. Ia tak hanya harus menanggung sulitnya mendapati penumpang, tapi juga beban operasional angkot sewaan yang tetap harus dipenuhi.
Dalam sehari, kala itu Totok harus menyetor ongkos sewa angkot hingga membeli bahan bakar yang kian mengikis pendapatannya yang tidak tetap.
ADVERTISEMENT
"Kalau narik biasa, walaupun dulu setoran hanya Rp 30 ribu kita pusing, belum mikirin bensin, bensin aja belinya botolan di sini," ujarnya.
Makanya Ia mafhum, ketika banyak rekan supirnya yang kemudian memutuskan berhenti bekerja menjadi sopir angkot. "Susah. Makanya angkot di Rawa Lumbu itu banyak yang dijualin, di kiloin," timpalnya.
Titik terang muncul saat dia ditawari bergabung dengan sebuah program pemerintah kota Bekasi dengan menggandeng TRON untuk jadi mitra. Tanpa pikir panjang, Totok langsung menerima. Dia pun harus beradaptasi dengan teknologi.
Angkot Onlline TRON di GOR Patriot, Bekasi. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
"Awalnya kan saya juga enggak tau, cuma kan dari saya, wah ini ada kemajuan, saya punya keyakinan gitu aja. Pasti ada harapan seenggak-enggaknya," ujarnya.
Meski masih berjalan belum genap sebulan mengemudi transportasi online, Ia mengaku terbantu secara ekonomi. Ia tak lagi lontang-lantung dengan penghasilan tak menentu. Sebaliknya, kini Totok bisa berpenghasilan tetap.
ADVERTISEMENT
Dengan jam kerja 12 jam sehari, Totok merinci bisa mendapat uang Rp 85 ribu. Jumlah itu, kemudian dipotong Rp 3 ribu untuk biaya “timer” untuk aplikator. Sehingga sisa yang ia bawa pulang bersih senilai Rp 82 ribu.
"Kalau saya terus terang, saya sangat bersyukur adanya TRON ini, walaupun kita cuma dapat satu dua (penumpang), penghasilan enggak ngaruh,” ungkap dia.