Komisaris Terima Laporan Kerugian Pertamina dari Jualan Solar

26 Juli 2018 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana TBBM Pertamina Plumpang (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana TBBM Pertamina Plumpang (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pertamina melaporkan kerugian dari penjualan BBM khususnya jenis Solar, karena harga saat ini berada di bawah keekonomian. Alokasi subsidi dari pemerintah sebesar Rp 500 per liter, tidak cukup menutupi selisih harga tersebut.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengaku Pertamina sudah melaporkan besaran kerugian yang ditimbulkan dari penjualan Solar. Hal ini terjadi di tengah kenaikan harga minyak dunia, juga menguatnya kurs dolar AS.
“Pertamina sudah melaporkan (kerugian), karena keputusan pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi tahun ini. Makanya pemerintah akan tambahh alokasi subsidinya jadi Rp 2.000 per liter,” kata Arcandra yang juga Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), di Jakarta, Rabu (25/7) malam.
Saat ini, harga jual Solar di masyarakat adalah Rp 5.100 per liter, sudah termasuk subsidi Rp 500 per liter. Selisih antara harga keekonomian Solar dan subsidi pemerintah ditanggung Pertamina. Tambahan subsidi jadi sebesar Rp 2.000 per liter, akan diberlakukan surut sejak awal 2018.
Petugas Pertamina mengisi BBM ke dalam truk tangki (Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Pertamina mengisi BBM ke dalam truk tangki (Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Dengan begitu, kata Arcandra, diharapkan kerugian Pertamina sejak awal tahun bisa tertutupi, namun Arcandra mengaku masih menghitungnya. “Oh ke saya sudah (laporan Pertamina). Lagi dihitung (berapa uang yang akan digelontorkan untuk Pertamina),” lanjut Arcandra.
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan menyatakan, tambahan subsidi sebesar Rp 2.000 per liter sudah bisa digunakan, tanpa melalui mekanisme APBN Perubahan. Penyalurannya tinggal menunggu keputusan dari Kementerian ESDM.
Hingga akhir Mei 2018, realisasi belanja subsidi energi (BBM dan listrik) sebesar Rp 49 triliun, mencapai 51,82% dari pagu APBN 2018, naik Rp 10 triliun atau 25,6% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 39 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi Mei 2017 yang sebesar Rp 32,3 triliun, realisasi subsidi energi tahun ini membengkak hingga 51,7%.