Konektivitas Masih Bermasalah, RI Sulit Jadi Poros Maritim Dunia

10 Desember 2018 10:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
ADVERTISEMENT
Di era disrupsi saat ini, pelaku usaha menghadapi tantangan besar yaitu konektivitas antarwilayah Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, mengatakan konektivitas menjadi hal wajib yang harus dilakukan untuk menstimulus pertumbuhan simpul-simpul ekonomi baru di daerah. Sebab selama ini, Pulau Jawa masih mendominasi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
Menurut Hariyadi, adanya penguatan konektivitas yang sejalan dengan pertumbuhan pergerakan ekonomi baru di daerah juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan merata.
“Tantangan penguatan konektivitas untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang merata dan berkelanjutan serta tantangan era digital dalam dunia bisnis menjadi dua poin penting di era disrupsi ini," ungkap Hariyadi pada Seminar "The Future Digital Transformation, Government & Private Partnership" di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (10/12).
Untuk itu menurut Hariyadi diperlukan sinergi antara swasta dengan pemerintah dalam menjawab sejumlah tantangan tersebut. Sinergi tersebut diharapkan mampu menjadi benchmark yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Senada, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mendorong para pengusaha untuk menciptakan konektivitas tersebut. Budi berharap di era saat ini, pengusaha bisa membangun transportasi berbasis teknologi. Sebab lewat teknologi, Indonesia bisa memiliki daya saing yang baik.
ADVERTISEMENT
“Perubahan mendasar di industri teknologi begitu dahsyat dan terjadi disrupsi digital. Kita harus siapkan diri untuk menyongsong persaingan. Presiden bilang kita harus bersaing di level internasional,” ujarnya.
Meski demikian Budi menyadari masih banyak koordinasi yang belum sempurna untuk menghadapi persaingan internasional. Untuk itu pihaknya sepakat mendorong adanya perubahan-perubahan besar khususnya pada transportasi dan konektivitas.
Menurut Budi, sejatinya Indonesia memiliki banyak peluang dalam persaingan internasional. Misalnya dalam waktu dekat pemerintah akan membuka pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera. Tak hanya itu, saat ini pemerintah juga sedang melakukan pengembangan digital di e-logistik, e-navigation, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya logistik.
Namun Budi melaporkan bahwa indeks daya saing Indonesia justru naik dari peringkat 60 ke 40. Bahkan posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Budi pun mendorong para pengusaha untuk bisa menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Apindo tolong kerja sama dengan konsultan internasional untuk mencari tahu apa yang harus diperbaiki supaya kita bisa jadi poros maritim dunia,” tandasnya.