Kritik Faisal Basri ke Pemerintah Soal Holding BUMN Migas

13 Desember 2017 21:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Faisal Basri ekonom asal Universitas Indonesia (Foto: Dok. Institut Harkat Negeri)
zoom-in-whitePerbesar
Faisal Basri ekonom asal Universitas Indonesia (Foto: Dok. Institut Harkat Negeri)
ADVERTISEMENT
Pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas (migas) dengan PT Pertamina (Persero) sebagai induk holding dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) anak usaha saat ini sedang dibahas.
ADVERTISEMENT
Namun, rencana pemerintah membentuk holding migas ini ditentang oleh Ekonom Faisal Basri. Ia mengatakan, pembentukan holding ini harus ditinjau kembali dengan memikirkan beberapa tantangan yang akan dihadapi.
Menurutnya, masih banyak persoalan di dalam tubuh Pertamina sendiri yang harus diperbaiki terlebih dahulu.
Berbeda dengan PGN yang sudah go public menjadi perusahaan terbuka, Pertamina adalah perusahaan tertutup. Pengelolaan yang kurang transparan membuat Pertamina banyak 'digerogoti'.
Faisal khawatir PGN yang keuangannya sudah sehat dan pengelolaannya transparan jadi terganggu ketika dijadikan anak usaha Pertamina.
"Perusahaan tertutup banyak malingnya, banyak yang menggerogoti di luar. Maka Pertamina disehatkan saja, jangan yang sudah sehat (PGN) malah masuk ke yang tidak sehat. Itu karena induk holding itu," katanya saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (13/12).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang transportasi gas dan bersaing dengan PGN, yakni Pertagas, membuat harga gas di dalam negeri menjadi tak efisien karena berjualan lewat calo.
Dirinya khawatir nantinya PGN dimanfaatkan untuk memfasilitasi calo-calo gas. Pengelolaan Pertamina harus dibenahi dulu sebelum membentuk holding BUMN migas.
"Kalau Pertamina kan jual gas lewat Pertagas Niaga, Pertagas jualnya ke trader (calo), jadi trader ambil untung," ungkapnya.
Pihaknya menyodorkan opsi selain holding migas ini, yakni dengan tukar guling. PT Saka Energi Indonesia yang saat ini milik PGN diberikan ke Pertamina, sedangkan Pertagas dan Pertagas Niaga yang merupakan anak perusahaan Pertamina dialihkan ke PGN.
Dengan begitu, masalah dualisme di bisnis hulu dan hilir gas bisa diselesaikan. Pertamina sebaiknya fokus di hulu migas dan PGN di hilir gas. "Jadi ada utiliti perusahaan yang bisa very strong, PGN bisa menjadi utility company," tutupnya.
ADVERTISEMENT