Kunjungan Nasabah Berkurang, Citibank Tutup 10 Kantor Cabang

26 Maret 2018 18:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Citibank (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Citibank (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Program pemerintah untuk menggalakkan transaksi nontunai demi menciptakan cashless society cukup disambut baik masyarakat. Meski belum semua daerah akrab dengan transaksi nontunai, namun edukasi tersebut terus dilakukan tidak hanya oleh pemerintah tapi juga pihak perbankan.
ADVERTISEMENT
Chief Executive Officer Citibank Indonesia, Batara Sianturi, mengatakan saat ini nasabahnya mulai meninggalkan cara konvensional dalam perbankan, salah satunya tak lagi mengunjungi kantor cabang untuk melakukan transaksi. Sehingga pihaknya memutuskan menutup separuh kantor cabang.
“Sebanyak 50% atau 10 dari total 20 kantor cabang kami tutup pada 2016. Kami melihat behaviour masyarakat tidak harus datang ke kantor cabang. Sehingga penutupan juga tidak ada nasabah yang hilang,” kata Batara di The Ritz Carlton Pacific Place, Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (26/3).
Menurut dia saat ini sekitar 80% dari semua transaksi seperti transfer tak harus mengunjungi kantor cabang. Hal tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan lantaran bank-bank lain juga telah mengurangi target untuk penambahan kantor cabang.
ADVERTISEMENT
Batara mengatakan pihaknya saat ini lebih berfokus pada kerja sama dengan beberapa platform e-commerce seperti Blibli, Bukalapak, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Langkah ini merupakan bagian perubahan yang terjadi di dunia perbankan.
Ada tiga fase yang terjadi dalam dunia perbankan yaitu competition atau kompetisi antara satu bank dengan bank lain. Fase tersebut kemudian berubah menjadi coopetition yaitu sinergi antarbank seperti munculnya ATM Bersama, Alto dan lain sebagainya. Namun fase ketiga yang muncul saat ini adalah collaboration.
Now is the era of collaboration. Bank kolaborasi dengan nonbank. Mau namanya fintech atau e-commerce players,” ujarnya.
Menurut Batara, perbankan tidak akan dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat sehingga perlu dilakukan kolaborasi. “Fintech tetap jadi fintech, bank tetap jadi bank, tapi kita kolaborasi,” katanya.
ADVERTISEMENT