Kunjungan Wisman Turun di Bulan April, karena Tiket Pesawat Mahal?

11 Juni 2019 18:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turis asing saat akan berselancar sambil menggunakan kebaya Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Turis asing saat akan berselancar sambil menggunakan kebaya Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang ke Indonesia pada April 2019 mencapai 1,3 juta kunjungan atau turun 2,74 persen dibandingkan Maret 2019. Dengan begitu, secara kumulatif sepanjang Januari-April 2019, jumlah kunjungan wisman sebanyak 5,12 juta kunjungan atau naik 3,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui adanya penurunan tersebut. Tapi dia enggan membeberkan alasannya. Tapi, kata dia, bisa saja wisman turun pada April karena terimbas mahalnya harga tiket pesawat domestik, terutama bagi turis yang melakukan penerbangan domestik untuk mengunjungi berbagai tempat wisata antar daerah.
"Untuk wismannya saya enggak tahu karena (tiket domestik mahal) itu terjadi. Itu terjadi kalau orang (wisman) lebih dari satu destinasi, dari luar negeri ke Bali, lalu ke Yogyakarta, dia kena kan di (harga tiket) domestiknya. Iya menurut saya ada pengaruhnya (perpindahan kunjungan wisman ke daerah wisata), tapi belum tahu besarannya," kata dia di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (11/6).
Arief yakin jika kunjungan wisman di bulan berikutnya bakal tumbuh jika mengacu pada kenaikan 3,22 persen selama Januari-April 2019 dibandingkan tahun lalu di periode yang sama. Tapi, syaratnya jumlah kunjungan wisman harus mencapai 1,5 juta per bulannya.
ADVERTISEMENT
Jika target minimal 1,5 juta wisman tiap bulannya bisa dikejar, Arief percaya target untuk mendatangkan 20 juta wisman sepanjang tahun ini bisa diwujudkan. Paling tidak, kata dia, bisa menembus 18 juta wisman.
Target wisman 20 juta pada tahun ini memang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya 17 juta wisman dengan realisasinya hanya 15,81 juta kunjungan. Tapi, jika dibandingkan dengan 4 atau 5 tahun lalu, realisasi kunjungan wisman hanya sekitar 9 juta orang.
"Angka 1,3 juta ini tidak bagus karena angka psikologis kita 1,5 juta per bulan atau 18 juta wisman pada akhir tahun ini," ucapnya.
Untuk tahun lalu, Arief mengakui target kunjungan 17 juta wisman tak terealisasi karena ada beberapa bencana alam yang terjadi secara beruntun. Mulai dari tsunami, gempa, gunung erupsi, hingga pesawat Lion Air jatuh.
ADVERTISEMENT
Arief juga mendukung langkah Presiden Joko Widodo untuk mengundang maskapai asing ke Indonesia. Menurutnya, rencana itu bagus sebab bisa mendongkrak jumlah wisatawan dari luar negeri dan memberikan harga yang bagus untuk wisatawan domestik.
"Bisa. Karena pak presiden sudah mendahului, saya boleh (komentar)," ucapnya.
Bandara Ngurah Rai pasca erupsi Gunung Agung Foto: ANTARA FOTO/Wira Suryantala
Arief mengatakan maskapai nasional tidak usah takut dengan keberadaan maskapai asing. Sebab, dengan membuka diri dengan perusahaan dari luar negeri, akan terjadi kompetisi yang sehat dalam berbisnis di industri penerbangan. Ujungnya, antar maskapai bisa saling memberikan pelayanan terbaik dan harga tiket yang bagus bagi masyarakat.
Dia pun mencontohkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), perusahaan yang pernah dipimpinnya, berhasil bersaing dengan perusahaan komunikasi dari luar negeri yang ada di Indonesia. Sebelum menjadi menteri, Arief merupakan pejabat karier di TLKM selama 30 tahun. Dengan keterbukaan terhadap perusahaan asing, TLKM malah bisa bersaing dengan baik, bahkan menjadi BUMN dengan sumbangan dividen terbesar 2018 ke negara senilai Rp 16,23 triliun.
ADVERTISEMENT
"Kalau biarkan Telkom monopoli, maka pelayanannya akan buruk. Maka kompetisilah yang memberikan pelayanan terbaik dengan harga yang terbaik. Kamu tahu apa yang ada di Telkom? Ada kompetisi dengan Ooredoo Qatar (Indosat), Axiata (XL). Apa yang terjadi? Enggak ada apa-apa. Jadi apa yang di-sounding pak presiden (undang maskapai asing), sama sekali tidak apa-apa untuk berikan layanan dan harga terbaik untuk masyarakat," jelasnya.