Kurangi Impor, Rini Dorong Proyek PLN Pakai Komponen Lokal

16 Agustus 2018 20:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Rini tinjau rumah karyawan Perhutani. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Rini tinjau rumah karyawan Perhutani. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta industri dalam negeri menahan laju impor untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah yang saat ini terus tergerus nilai tukarnya oleh dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Salah satu langkah yang diambil adalah mengurangi impor barang di sektor-sektor strategis yang selama ini cukup banyak mendatangkan barang dari luar negeri, misalnya pada proyek-proyek kelistrikan PT PLN (Persero).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, untuk menjalankan perintah Jokowi itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartato. Mereka bersama-sama akan menyeleksi proyek mana yang barang-barangnya bisa dibuat di dalam negeri, seperti boiler atau turbin untuk pembangkit listrik PLN.
"Kemungkinan boiler itu bisa dibuat di Indonesia. Saya dengan Menperin bersama-sama detailkan mana yang bisa dibuat di Indonesia. Karena memang buat alat-alat seperti ini makan waktu 12-24 bulan sehingga kita punya waktu untuk mempersiapkan industri kita," kata dia usai konferensi pers di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (16/8).
ADVERTISEMENT
Adapun proyek-proyek PLN dan Pertamina yang sudah financial close tidak akan diutak-atik pemerintah karena sudah berjalan. Kata Rini, proyek-proyek PLN yang sudah berjalan sebenarnya tidak menggerus devisa karena selama ini kebanyakan proyek PLN dibiayai oleh kreditur asing, jadi tidak memberikan dampak signifikan pada neraca pembayaran Indonesia.
"Untuk menjaga impor, pada dasarnya pada proyek Pertamina dan PLN yang sudah berjalan dan sudah order equipment seperti PLN, boiler-nya atau turbin makan dua tahun buat selesai. Dan proyek PLN ini semua itu pembiayaan dari luar dan jangka panjang sehingga tidak memberikan dampak neraca pembayaran. Jadi yang sudah financial close itu jalan terus," lanjutnya.
Pun dengan Pertamina. Dia menyebut salah satu proyek yang sudah financial dan berjalan adalah modifikasi kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Proyek lain yang digarap BUMN adalah kereta cepat Jakarta-Bandung. Dia menegaskan, itu juga berjalan terus karena dibayai bank asing.
Ekspansi fase II PLTU Cilacap. (Foto: Antara/Idhad Zakaria)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspansi fase II PLTU Cilacap. (Foto: Antara/Idhad Zakaria)
"Kereta cepat Jakarta-Bandung itu juga berjalan terus karena dibiayai China Development Bank untuk jangka waktu 40 tahun dan grace period 10 tahun, berarti tidak ada pembayaran devisa 10 tahun. Jadi sekarang kita jalan terus dan sudah 5 tunnel yang sedang dikerjakan karena memang yang paling berat adalah itu. Jadi berjalan terus," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy N Sommeng mengatakan, program 35.000 MW akan dievaluasi pemerintah. Proyek yang ditinjau ulang merupakan proyek yang masih dalam tahap perencanaan dan masih belum financial close.
"Paling yang bakal tertunda sekitar 3-4 persen dari proyek 35.000 MW yang masih dalam perencaan. Kalau perencanaan kan baru direncanakan, belum tahu dananya dari mana. Terus sudah ada yang PPA, kalau sudah PPA kan sudah financial close. Yang financial close belum, itu yang akan dievaluasi," kata dia.