Kurs Rp 14.000/USD, Pemerintah Klaim Utang dan Subsidi Masih Aman

8 Mei 2018 12:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pergerakan dolar-rupiah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pergerakan dolar-rupiah. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada hari ini, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp 14.036.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih banyak membawa dampak positif ke penerimaan APBN. Dengan pelemahan rupiah, penerimaan negara akan lebih tinggi dari pengeluaran seperti subsidi dan pembayaran utang.
"Yang terjadi penerimaan lebih tinggi dari pengeluaran gara-gara kurs. Apa pengeluaran yang terkait kurs? Pengeluaran terkait subsidi. Karena subsidi itu kita beli dari luar negeri minyaknya. Kemudian pembayaran bunga, cicilan pokok maupun utang bunga," ujar Suahasil di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini, lanjut Suahasil, pada sisi lain juga memberikan dampak positif bagi APBN. Menurut Suahasil, tak ada yang mengkhawatirkan terhadap pelemahan rupiah ke APBN.
ADVERTISEMENT
"Tapi kalau kita net antara pengeluaran dan penerimaan, maka efeknya masih lebih tinggi penerimaannya. Jadi kalau dari sisi pengelolaan APBN, tidak ada hal yang mengkhawatirkan," katanya.
Gas LPG 3 Kg (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gas LPG 3 Kg (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dia pun memastikan bahwa pemerintah akan selalu memperhatikan pergerakan kurs rupiah ke variabel ekonomi lainnya, termasuk laju inflasi hingga kondisi BUMN.
"Kami tetap perlu mengamati dan memastikan situasinya, kan bukan hanya APBN tapi perekonomian secara keseluruhan. Bagaimana dampaknya ke variabel ekonomi makro yang lain, misalnya inflasi gimana, kondisi masyarakat jadi seperti apa, kondisi BUMN seperti apa, itu terus jadi perhatian kami," jelasnya.
Suahasil menuturkan, pemerintah masih optimistis terhadap target makroekonomi dalam APBN 2018 meski rupiah terus melemah.
"Tetapi kami masih melihat potensi inflasi Indonesia, seperti akhir bulan lalu kan 3,4% (yoy). Kalau dilihat pergerakan kami masih optimis ada di sekitar 3,5% sepanjang tahun," ujarnya.
ADVERTISEMENT