Laba Bersih BCA di Kuartal I 2019 Capai Rp 6,1 T, Naik 10,1 Persen

25 April 2019 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan sambutan pada Peluncuran SYNRGY. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan sambutan pada Peluncuran SYNRGY. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Bank Central Asia Tbk atau BCA melaporkan perolehan laba bersih pada kuartal I 2019 mencapai Rp 6,1 triliun. Capaian tersebut tumbuh 10,1 persen secara tahunan (yoy) atau dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,5 triliun.
ADVERTISEMENT
Pendapatan operasional bank yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 13,7 persen (yoy) menjadi Rp 16,7 triliun. Pendapatan bunga bersih meningkat 11,2 persen (yoy) menjadi Rp 12 triliun, sementara pendapatan operasional lainnya tumbuh 20,7 persen (yoy) menjadi Rp 4,7 triliun.
"BCA dan entitas anak (usaha) mencatat pertumbuhan pendapatan operasional yang positif pada kinerja keuangan kuartal I 2019, ditopang pertumbuhan kredit dan peningkatan fee based income," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (25/4).
Adapun portofolio kredit BCA tercatat tumbuh 13,2 persen (yoy) menjadi Rp 532 triliun. Sementara itu, pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA) sebesar 7,2 persen (yoy) menjadi Rp 483,7 triliun. Deposito naik 10,1 persen (yoy) menjadi Rp 145,9 triliun.
Konferensi pers RUPS BCA. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Adapun total dana pihak ketiga (DPK) BCA pada kuartal I 2019 tercatat sebesar Rp 7,9 persen (yoy) menjadi Rp 629,6 triliun.
ADVERTISEMENT
Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) berada pada level masing-masing 24,5 persen dan 81,0 persen.
Adapun rasio kredit bermasalah atau NPL sebesar 1,5 persen. Masih sejalan dengan aturan regulator dengan batas atas 5 persen.
"Secara konsisten kami mencermati dinamika bisnis. Posisi permodalan yang kuat, kecukupan likuiditas dan kualitas kredit yang sehat merupakan faktor utama bagi pertumbuhan bisnis ke depannya," jelas Jahja.