Laba Bukit Asam Turun karena Harga Batu Bara Melorot

24 April 2019 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paparan Kinerja Kuartal I 2019 PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Ritz Carlton, Jakarta. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Paparan Kinerja Kuartal I 2019 PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Ritz Carlton, Jakarta. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih Rp 1,14 triliun pada kuartal I 2019. Angka ini turun 7 persen dibandingkan laba bersih pada kuartal I 2018 senilai Rp 1,45 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan penurunan laba bersih pada periode tiga bulan pertama ini, karena tertekan harga batu bara yang masih rendah. Jika dibandingkan dengan harga batu bara pada kuartal I 2018, ada penurunan 13 persen.
Dia mencatat, laba bersih turun sebab pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata yang turun 13 persen menjadi Rp 772 ribu per ton dari Rp 887 ribu per ton di kuartal I 2018.
"Jadi laba kita Rp 1,14 triliun, lebih rendah dari 2018 Rp 1,45 triliun, semua refleksi dari penurunan dari harga jual karena turunnya harga indeks batu bara di market," kata dia dalam paparan kinerja kuartal I 2019 di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (24/4).
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batu bara Newcastle sebesar 7 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 sebesar 24 persen dibandingkan harga rata-rata kuartal I 2018. Selain itu, serta aturan pemerintah terkait harga jual DMO yang belum diimplementasikan secara penuh di kuartal I 2018.
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Arviyan menjelaskan, DMO batu bara baru dijalankan pada April 2018 hingga saat ini. Jadi, tiga bulan pertama di kuartal I 2018 belum berlaku.
Selain itu, beban pokok penjualan pada tiga bulan pertama 2019 ini tercatat sebesar Rp 3,56 Triliun. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 3,17 triliun.
ADVERTISEMENT
Meski laba bersih turun, performa produksi dan penjualan meningkat. Dia menuturkan, peningkatan kinerja operasional pada kuartal I 2019 sebesar 5,70 juta ton, meningkat sebesar 8 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu atau yaitu sebesar 5,28 juta ton.
"Walaupun tekanan harga masih tinggi, tapi alhamdulillah performa kita tetap relatif cukup baik, terutama sisi produksi dan penjualan," kata dia.
Aset perseroan per 31 Maret 2019 mencapai Rp 24,83 Triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 27 persen dan setara kas sebesar 25 persen. Kas dan setara kas yang dimiliki Perseroan saat ini sebesar Rp 6,26 triliun relatif sama dibanding per 31 Desember 2018 sebesar Rp 6,30 triliun.
ADVERTISEMENT
Total liabilitas perseroan per 31 Maret 2019 sebesar Rp 7,27 triliun yang 58 persen di antaranya merupakan liabilitas jangka pendek. Total liabilitas tersebut turun dibandingkan liabilitas per 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan utang jangka pendek perusahaan.
Kondisi ini menyebabkan cash ratio atau cash and equivalent terhadap liabilitas jangka pendek perseroan meningkat menjadi 286 persen, yang berarti perseroan memiliki likuiditas kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu.