Larva Serangga Disulap Jadi Pakan Ikan

20 Maret 2019 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakan Ikan dari Magot (larva serangga). Foto: Selfy Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pakan Ikan dari Magot (larva serangga). Foto: Selfy Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kelangkaan sumber protein pakan ikan dan ternak membuat industri ikan budidaya menjadi sulit berkembang. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis tepung ikan secara global. Padahal tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak dan ikan. Oleh karena itu upaya untuk mendapatkan sumber protein alternatif menjadi hal yang sangat penting saat ini.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah sejak 2005, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencoba untuk menemukan protein alternatif yang bisa dijadikan bahan pakan ikan.
Dari sejumlah penelitian ditemukan bahwa sumber protein (nutrient) masih banyak tersimpan (locked) dalam timbunan sampah organik (food waste). Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, jumlah food waste yang dihasilkan juga semakin bertambah. Tim riset BRSDM KKP pun menemukan Teknologi Biokonversi untuk menciptakan siklus nurtrien (nutrient cycle) baru dalam rantai nutrisi, yaitu dengan cara nutrien yang masih tersimpan dalam food waste tersebut dikonversi menjadi nutrien baru yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan ternak.
BRSDM kemudian menggunakan Magot sebagai agen biokonversi food waste. Magot merupakan larva serangga bunga dari spesies Hermetia illucens atau lebih dikenal serangga black soldier fly. Magot-magot yang dihasilkan tersebut kemudian akan merombak, mengekstraksi serta mengkonvensi nutrien yang masih tersimpan di dalam limbah organik sehingga akan didapatkan nutrien dalam bentuk yang baru, yakni pupuk organik. Kemudian magot juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan maupun bahan baku pakan ikan.
ADVERTISEMENT
“Pakan ikan dari Magot ini punya merek Magfeed. Nantinya akan disebar di 16 lokasi di seluruh Indonesia mulai dari Tapanuli Utara, Sumatra Selatan, Jakarta, Bandung, Semarang, Sidiarjo, Kalimantan Tengah sampai Papua,” ungkap Sekretaris BPSDMP KP Maman Hermawan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (20/3).
Pakan Ikan dari Magot (larva serangga). Foto: Selfy Momongan/kumparan
Menurut Wawan, teknologi tersebut telah mendapatkan Hak Paten secara Internasional pada 2009 dan Paten Nasional pada 2017.
Artinya KKP berhasil memanfaatkan limbah organik sebagai media produksi magot untuk mendapatkan pakan ikan alternatif. Magot hasil proses biokonversi ini memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik yaitu kadar protein sebesar 40-48 persen dan kandungan lemak sebesar 25-33 persen.
Residu produksi magot juga memiliki nilai yang cukup penting yaitu pupuk organik, yang sangat bermanfaat bagi sektor pertanian. “Tentu ini menjadi modal yang sangat besar. Integrasi magot bisa menjadi usaha alternatif di masyarakat. Ketika kita memerlukan bahan baku pakan ikan udah susah, magot bisa jadi salah satu sumber protein yang dibutuhkan. Semoga industri perikanan budidaya makin berjaya,” ujar Maman.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari situs resmi BRSDM KP, satu ton food waste yang didegradasi oleh mini-magot bisa menghasilkan 100-120 kg magot dan 80-100 kg pupuk organik, dengan menggunakan are seluas 10 m2 selama kurang lebih 2-3 pekan.
Menurut Maman, teknologi ini tidak hanya menggairahkan kembali industri ikan budidaya. Namun juga bisa menjadi jawaban bagi permasalahan sampah makanan yang ada di kota-kota besar. Bahkan Maman pun berharap adanya teknologi ini bisa mengurangi ketergantungan pembudidaya ikan terhadap pakan impor.
“Selama ini impor apapun. Pakan ikan impor, pakan ikan hias impor, sampai artemia impor dari Vietnam dan Amerika. Kita bisa apa sebetulnya? Dengan teknologi ini, kita mampu menghasilkan product of Indonesia yang bisa diekspor Insyaallah,” tandasnya.
ADVERTISEMENT