news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Lembaga Pemeringkat Jepang Nilai Surat Utang Indonesia Layak Investasi

26 April 2019 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI Perry Warjiyo dan Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi, pada konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur BI di Gedung BI, Jakarta, Kamis (25/4). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo dan Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi, pada konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur BI di Gedung BI, Jakarta, Kamis (25/4). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga pemeringkat Jepang atau Rating and Investment Information, Inc (R&I) mengukuhkan peringkat surat utang luar negeri Indonesia, atau Sovereign Credit Rating Indonesia pada level BBB/outlook stabil (Investment Grade) pada 26 April 2019.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, penilaian tersebut menunjukkan langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah dan bank sentral dinilai tepat. Selain itu, juga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik.
"Bank Indonesia, Pemerintah, dan berbagai pemangku kebijakan yang lain sudah tepat sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap ketahanan dan prospek perekonomian Indonesia ke depan," ujar Perry dalam keterangan resmi, Jumat (26/4).
Pengukuhan rating tersebut didukung beberapa faktor utama. Pertama, ekonomi Indonesia tumbuh solid. Selanjutnya rasio defisit fiskal terhadap produk domestik bruto (PDB) turun dibandingkan tahun sebelumnya, dan rasio utang pemerintah terhadap PDB tetap rendah.
Selain itu, resiliensi ekonomi terhadap gejolak eksternal dapat dijaga dengan dukungan kebijakan Pemerintah dan BI yang mengutamakan stabilitas makroekonomi.
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Meskipun defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di 2018 melebar, cadangan devisa dinilai memadai untuk menutup utang luar negeri jangka pendek.
ADVERTISEMENT
"Pelebaran defisit neraca transaksi berjalan tersebut tidak hanya disebabkan peningkatan harga minyak mentah, namun juga peningkatan impor barang modal akibat kuatnya aktivitas investasi yang berkontribusi kepada penguatan fundamental ekonomi," jelasnya.
Selama 2018, defisit fiskal pemerintah menyempit menjadi 1,76 persen dari PDB. Hal ini didukung peningkatan penerimaan non-pajak secara signifikan akibat kenaikan harga minyak mentah.
Selain itu, pertumbuhan penerimaan pajak yang relatif tinggi, juga sejalan dengan kuatnya permintaan domestik dan semakin efisiennya proses pengumpulan pajak.
R&I sebelumnya meningkatkan peringkat Indonesia dari BBB-/Outlook Positif menjadi BBB/Outlook Stabil pada 7 Maret 2018.