Lima Hal yang Bisa Jadi Penyebab Crane Jatuh

4 Februari 2018 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Crane Ambruk di Matraman. (Foto: Twitter@amin_agustin)
zoom-in-whitePerbesar
Crane Ambruk di Matraman. (Foto: Twitter@amin_agustin)
ADVERTISEMENT
Sebuah crane pada proyek jalur kereta api jarak jauh double-double track (DDT) di Matraman, Jakarta Timur, jatuh. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 05.00 WIB itu menyebabkan empat pekerja proyek tersebut tewas.
ADVERTISEMENT
Peristiwa tersebut menjadi kecelakaan kerja ketiga di sektor konstruksi, sepanjang 2018 ini. Sebelumnya, pada Januari lalu beton LRT (Light Rail Transit) di kawasan Kayu Putih, Jakarta Timur, ambruk dan di lokasi terpisah girder (beton) pada proyek Tol Antasari-Depok patah.
Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia (A2K4I), Lazuardi Nurdin mengatakan, untuk menyelidiki penyebab kecelakaan kerja tersebut ada lima hal yang harus ditelaah.
“Dari banyaknya kecelakaan kerja pada proyek infrastuktur belakangan ini, bisa dipicu oleh lima faktor,” katanya kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (4/2).
Pertama, yang harus dilihat adalah sisi pekerjanya yang bertugas pada saat kecelakaan terjadi. Pertimbangan waktu, menurutnya juga menjadi penting. Pasalnya crane yang ambruk terjadi sekitar subuh.
Para pekerja konstruksi jembatan di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Para pekerja konstruksi jembatan di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani)
“Karena itu kejadiannya subuh, harus kita lihat dulu shift-nya jam berapa saja. Di situ bisa jadi ada faktor kelelahan yang menyebabkan kecelakaan. Itu harus dilakukan dulu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua, yang tak kalah penting adalah bagaimana pengawasan atas pekerjaan itu. Saat pekerja melakukan tugas mereka, harusnya ada pengawas di sekitar mereka. Baik itu dari kontraktornya ataupun konsultas pengawas yang juga harus bekerja sesuai SOP (Standard Operation and Procedure).
Faktor lain, lanjut Lazuardi, adalah kelayakan peralatan kerja yang digunakan. “Apakah alat-alat itu sudah dilakukan pemeriksaan secara baik, layak digunakan, penggunaannya sesuai dengan peruntukan dan kapasitasnya?”.
Terkait soal peralatan, dia juga mengingatkan soal keahlian atau kompetensi operator yang bertugas saat itu. “Apakah dia sudah punya kompetensi sebagai operator atau belum? Ini juga potensial menyebabkan kecelakaan,” ucapnya.
Konstruksi beton proyek LRT di Pulo Gadung roboh  (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konstruksi beton proyek LRT di Pulo Gadung roboh (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Faktor keempat, adalah metode kerjanya saat pengerjaan proyek tersebut. Dia mempertanyakan apakah analisa keselamatan pekerjaan di dalamnya sudah dilakukan secara benar atau belum. “Lagi-lagi kompetensi. Apakah orang-orang yang melakukan perencanaan kerja itu punya kompetensi yang cukup?” katanya lagi.
ADVERTISEMENT
Faktor terakhir yang juga berpotensi menyebabkan kecelakaan pada proyek infrastruktur adalah lingkungan seperti cuaca, hujan, dan angin. Karena untuk proses pengangkatan crane, menurutnha faktor angin harus diperhatikan.
Dari semua faktor itu, Lazuardi yang juga merupakan anggota Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi ini mengaku belum bisa memastikan mana yang menjadi penyebab utama kecelakaan di Matraman tersebut. Semuanya, harus dilakukan melalui pengumpulan data, untuk kemudian diselidiki.
“Saya belum melakukan investigasi. Jadi belum bisa bicara kesimpulannya. Ini akan ke sana untuk mengumpulkan data. Tapi paling tidak, semua faktor tadi potensial menjadi penyebab kecelakaan di Matraman dan di tempat lain,” pungkasnya.