Lion Air Bantah Utang Menumpuk dan Alami Kesulitan Keuangan

13 Juni 2019 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Airbus 330-900NEO milik Lion Air. Foto: Dok. J.B ACCARIEZ/master film
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Airbus 330-900NEO milik Lion Air. Foto: Dok. J.B ACCARIEZ/master film
ADVERTISEMENT
Lion Air menampik tuduhan mengalami kesulitan keuangan. Maskapai berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC) ini mengaku operasional perusahaan berjalan normal, meskipun sempat mengajukan penundaan pembayaran atas jasa bandara periode Januari hingga Maret 2019 kepada PT Angkasa Pura I (Persero).
ADVERTISEMENT
Danang mensinyalir adanya kabar beredar yang menyebut utang Lion Air menumpuk hingga ratusan triliun rupiah dan akan dibebankan pada pihak lain.
"Saat ini, kondisi operasional dan keuangan Lion Air dalam keadaan normal dan berjalan lancar," kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6).
Danang menjelaskan, Lion Air bersama anggota Lion Air Group (Batik Air dan Wings Air) yang lain akan terus melakukan pengembangan bidang usaha dan rute.
Pada kesempatan berbeda, Danang memastikan penundaan pembayaran biaya bandara itu tidak akan berlanjut untuk periode kuartal kedua ini. Penundaan pembayaran dipandang masih normal. Sementara manajemen AP I juga menyebutkan, permintaan penundaan pembayaran juga pernah diajukan oleh maskapai lain.
ADVERTISEMENT
“Pembayaran kewajiban April dan seterusnya dilakukan secara normal (tidak ada penundaan),” ujar Danang.
Kemenhub Monitoring Kondisi Keuangan Lion Air
Kementerian Perhubungan saat ini tengah melakukan analisis dan monitoring terhadap kondisi keuangan maskapai penerbangan yang beroperasi di dalam negeri, khususnya Lion Air.
Hal ini menyusul permohonan Lion Air untuk menunda pembayaran kepada Angkasa Pura I atas jasa bandara periode Januari-Maret 2019. Lion Air mengaku tengah menghadapi masalah keuangan.
"Kita lagi melakukan analisis, ini masih (dimonitor)," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana B Pramesti, saat ditemui di Kantor Kemenhub, Jakarta, Senin (10/6).
Menurut Polana, pada 2018 hampir semua maskapai yang beroperasi di Indonesia mengalami kerugian. Bahkan untuk AirAsia, kerugian yang dialami nyaris mencapai Rp 1 triliun dan nilai modalnya negatif.
ADVERTISEMENT
"AirAsia juga, rugi hampir Rp 1 triliun kalau enggak salah ya. Ekuitasnya negatif. Tapi karena dia kan holding, jadi bisa di-support," ucap Polana.