LPG Masih Disubsidi, Gas dari Batu Bara Jadi Kurang Diminati

18 Desember 2018 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyusun tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) ukuran tiga kilogram di Depot LPG. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyusun tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) ukuran tiga kilogram di Depot LPG. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan meminta perusahaan-perusahaan tambang untuk melakukan gasifikasi batu bara. Konversi batu bara ke DME (Dimethyl Eter) akan menghasilkan produk yang dapat menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
ADVERTISEMENT
Saat ini konsumsi LPG di Indonesia telah mencapai 7 juta ton per tahun, 5 juta ton di antaranya harus dipenuhi dari impor. Gasifikasi batu bara didorong Jonan untuk menekan impor LPG.
Kata Jonan, bahkan di negara lain seperti China, batu bara diolah menjadi bahan bakar pesawat untuk menggantikan avtur.
“Untuk di China, ini ada batu bara diubah jadi jet fuel sehingga kompetisinya akan jadi murah. Sekarang di Amerika yang paling besar. Teknologinya ada enggak? Ada. Tapi (di Indonesia), ini dulu deh yang sederhana bikin DME dulu buat pengganti LPG,” kata dia dalam acara IEA Coal Forecast to 2023 Forum di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (18/12).
Terkait hal ini, PT Adaro Energy Tbk mengaku telah berkomunikasi intens dengan perusahaan China, Xen Hua Energy, untuk mengembangkan DME. Tidak hanya gasifikasi batu bara, studi yang dilakukan sejak 4 tahun lalu ini juga membahas pengolahan batu bara lainnya, misalnya konversi batu bara menjadi amonia (coal to amonia) dan dan batu bara cair (coal to liquid).
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
CEO Adaro Energy, Garibaldi 'Boy' Thohir, mengungkapkan bahwa studi ini masih terus berlanjut karena melihat potensi pasarnya dulu, apakah memproduksi gas dari batubara ini ekonomis atau tidak. Sebab selama ini, LPG yang banyak digunakan masyarakat disubsidi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Subsidi tersebut membuat harga LPG jadi lebih murah dibanding DME. Jika LPG tak disubsidi, harga DME bisa lebih bersaing.
“Sekarang kan masyarakat belum familiar sama DME. Tapi masyarakat banyak yang familiar sama LPG. Nah tapi saya yakin pelan-pelan (bisa). Kenapa LPG lebih kompetitif, ya karena subsidi. Kalau enggak ya DME yang lebih kompetitif,” jelasnya.
Untuk sementara, Adaro masih fokus pada pemanfaatan batu bara untuk pembangkit listrik. Dalam waktu dekat, ada dua proyek pembangkit listrik Adaro yang akan beroperasi. Yang pertama di PLTU di Kalimantan Selatan akan beroperasi 2019 dan PLTU Batang di Jawa Tengah pada 2020.
“Kita sekarang masih fokus ke coal to electricity karena kan ada proyek besar. Kita mau fokus selesaikan itu dulu. Bertahap lah. Kan perlu capex (belanja modal) dan lainnya,” kata dia.
ADVERTISEMENT